Tak cukup banyak yang bisa diraih saat orang banyak melampiaskan satu kesalahan diantara ribuan kebaikan. Jiwa yang berusaha menjadi lebih baik kadang kala diartikan jahat atas nama iri dan buruk sangka. Apa yang harus dilakukan saat seakan-akan dunia menginginkan kita untuk menjadi jahat.
Memang banyak cara yang bisa ditempuh
untuk menghindari atau menguatkan itu. Tapi ada satu cara yang membuat kita tetap menjadi orang baik walau orang
tetap menganggap kita jahat. Memang terasa tidak adil, tapi itu layak dicoba
karena kebaikan itu bukan semata-mata untuk di dunia tapi juga diakhirat.
Manisnya
buah yang di petik saat telah matang lebih enak daripada dipetik saat baru
setengah matang. Untuk menjadi orang yang seperti ini harus memiliki jiwa sabar,
yang jauh… lebih besar dibandingkan dengan orang lain. Ia harus menuntun
hatinya terlebih dahulu agar ia tak menjadi pendendam.
Setelah
benar-benar yakin, maka mulailah melanjutkan dengan apa yang disangka-sangka
oleh orang, yaitu menjadi jahat. Teruslah buat dirimu seperti itu,
sembunyikanlah kebenaran yang sesungguhnya. Karena kebaikan itu bukan sesuatu
yang harus ditampilkan ke dunia luas.
Biarkan saja diri anda dan Tuhan yang tahu, biarlah
janji surga itu hanya dirimu yang tahu bagaimana letak dan bentuknya. Walau di
dunia dirimu dihujat dan dihina, buatlah itu menjadi motivasi untuk
membangkitkanmu.
Membangkitkan dari keterpurukan.
Contohnya, anda menemukan sebuah dompet di jalan dan
berniat mengembalikannya. Kalau mengembalikannya dengan tampang baik-baik maka
hasilnya sudah pasti ketahuan. Tetapi buatlah berbeda, buatlah tampang anda
seserem mungkin. Maka kemungkinan hasil dari orang yang kita minta tolong bervariasi.
Yang jelas kesan pertama adalah heran, mana mungkin sih seseorang yang bertampang
preman berbaik hati mengembalikan dompet. Jangan-jangan itu hanya akal-akalan
agar bisa tahu rumah pemilik dompet, lalu merampok rumahnya. Tapi tidak menutup
kemungkinan sang tuan rumah tidak berburuk sangka terhadap tampang kita yang
preman.
Kan niat kita baik-baik.
Tapi semua itu adalah pilihan kita masing-masing
apakah mau menjadi orang yang dinilai baik dan berprilaku seperti orang baik,
atau menjadi orang yang dinilai jahat dan dengan serunya berbuat jahat. Tapi kalau
saya memilih bertampang preman atau disangka orang jahat tapi memiliki hati yang
baik.
Biarlah hanya Tuhan dan diriku sendiri yang tahu siapa
aku sebenarnya.
By: RaSyBa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar