-
Tanggal 26 Juli
2015
Hari ini
aktivitas berlangsung seperti biasanya, aku dan istriku masih keluar
jalan-jalan menggunakan motor. Memang ada rasa khawatir dikarenakan wanita
hamil yang umur kelahirannya sama dengan istriku sudah melahirkan semua,
rasanya hanya tinggal istriku aja yang belum lahiran. Hari ini aku puasa,
membayar puasa ramadhan yang aku tinggalkan dikarenakan sakit selama empat hari
dan mesti diopname di rumah sakit. Tanda-tanda kelahiran anak kami mulai tampak
yaitu keluar air dari bawah istriku, walau tak intens dan banyak. Paginya
memang kami menyempatkan diri ke bidan terdekat untuk menanyakan kenapa bisa
terjadi. Hasil pemeriksaan menyatakan mungkin itu kembang air, air yang biasa
keluar saat hamil tua. Bidan menganjurkan untuk di usg agar memastikan apa air itu
air ketuban atau bukan, tapi dikarenakan hari ini hari minggu jadi kami tidak
bisa mengeceknya. Bidan juga menawarkan untuk induksi, tapi istriku menolak.
Pada waktu
magrib saat aku berbuka puasa, air tumpah dari bawah istriku, banyak banget.
Baunya sih air ketuban (pengalaman dulu saat masih bekerja di SPGDT), tapi
istriku mengatakan ia tidak mules. Aneh, karena kalau itu air ketuban pasti
rasa mulesnya sudah datang. Untuk jaga-jaga aku membawa istriku ke rumah sakit
umum Depati Amir Pangkalpinang.
Saat masuk ke
ruang UGD khusus kebidanan, di test istriku masih pembukaan satu, tapi bidan
yang jaga saat itu mengatakan bahwa air ketuban istiku sudah mulai habis. Nah
lo... ku khawatir. Setelah observasi istirku dibawa ke ruangan mawar, ruang
khusus kebidanan di rumah sakit. Merrtuaku ikut serta saat kami di rumah sakit.
Aku juga memberitahu kedua orangtuaku bahwa kami sekarang sudah di rumah sakit.
Nah,
sehabis isya istriku mulai merasakan
kontraksi melahirkan yang intens. Setiap sekitaran lima menit istriku
kontraksi. Rasa sakit terpancar di wajahnya setiap kali kontraksi terjadi.
Mamakku, metuaku yang perempuan, dan tante-tantenya mulai berdatangan
mendampingiku menjaga istriku. Bidan jaga yang di rumah sakit banyak teman
istriku jadi mereka juga turut membantu, penjaga ruangan juga tetangga di rumah
ayah jadi ia juga turut membantu.
Jam sembilan
malam datang, saat di cek istriku pembukaan berapa aku kaget karena dari tadi
istriku masih pembukaan satu. Padahal kata tante-tanteku ciri-ciri istriku
melahirkan sudah ada banget yaitu kontraksi yang semakin intens dan bulir-bulir
keringat gede. Kontraksi yang dialami istriku terus berlangsung.
Jam 12 malam,
pembukaan kehamilan istriku diperiksa lagi, ternyata masih saja pembukaan satu.
Aku benar-benar bingung, kemungkinan kalau sudah gini jalur operasi yang
dipilih. Istriku saja sudah capek pake banget terus mengalami kontraksi, dia
juga merayu anak kami agar keluar lewat kata-katanya “ayo.. nak keluar nak”.
-
27 Juli 2015
Jam 3 pagi,
istriku kembali diperiksa pembukaan lahirannya dan ternyata masih pembukaan
satu. Kami sudah pasrah, pilihan operasi adalah yang terbaik, istriku juga
sudah kelihatan tenaganya sudah habis. Subuhnya aku menandatangani ijin operasi
cesar untuk istriku. Operasi cesar akan dilaksanakan jam sembilan pagi. Saat
menunggu jam sembilan pagi kami tetap berharap istriku dapat melahirkan dengan
normal. Tapi takdir berkata lain sampai jam sembilan, pembukaan istriku tidak
mengalami kemajuan. Aku juga ijin tidak masuk kerja hari ini dikarenakan harus
menemani istriku. Sebelum operasi ternyata istriku butuh donor darah
dikarenakan kadar Hbnya yang rendah. Untung saat aku menghubungi PMI kota
Pangkalpinang masih ada satu stok kantong darah. Akupun minta tolong adikku
Rosa untuk mengurusnya dan mengambilnya dikarenakan aku harus mengawali proses
operasi istriku. Jam sembilan lewat istriku dibawa ke ruang operasi, kami semua
memberi semangat untuk istriku. Sayangnya aku tidak diijinkan masuk ke dalam
ruangan operasi dikarenakan aturan. Dan aku juga harus mengambil obat untuk
keperluan operasi di apotik. Saat aku kembali, mertuaku yang laki-laki
mengatakan anakku sudah lahir. Alhamdulillah senangnya hatiku, ternyata proses
operasi untuk mengeluarkan anakku tidak memakan waktu lama. Aku pun segera
bergegas ke ruangan mawar kembali untuk melihat anakku. Dibalut dengan bedong
warna pink, anakku terlihat sangat manis disana. Matanya terbuka memperhatikan
sekelilingnya. Seorang wanita kecil lahir sebagai anak aku dan istriku, aku
menggendongnya dan membacakan iqomah, al fatihah, al ikhlas, al alaq, an nash,
dan shalawat untuknya. Aku dan keluarga yang lain bersuka cita menyambut
kelahiran anakku. Anak kami yang lahir bertepatan pada tanggal 11 Syawal 1436
H.
Istriku masih di
ruangan operasi, ternyata memakan waktu yang lebih lama untuk istriku. Ada
sekitaran 30-menit lebih baru istriku keluar dari tempat operasi. Di ruangan
yang sama dengan anakku, istriku dikasih donor darah dan untuk pertama kalinya
ia melihat anak kami.
Dikarenakan
istriku melahirkan secara operasi kami baru bisa keluar dari rumah sakit tiga
hari kemudian karena butuh pengawasan insentif untuk istriku dan anak kami.
Kami juga sudah
menemukan nama yang tepat untuk anak kami, setelah perundingan yang dari dulu
kami lakukan, kami sepakat menamakan putri pertama kami gabungan bahasa Jepang
dan Arab dengan nama Hikari El Saffanah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar