Pendidikan adalah pintu masuk
sebuah kesuksesan, dimana jika tidak ada perannya terhadap sesuatu maka akan
membuat arah yang keliru. Pendidikan sesuai dengan amanah negara Indonesia
adalah sebuah kewajiban dan setiap warga negara wajib menempuh pendidikan selama
sembilan tahun. Dalam kegiatan belajar mengajar yang ‘wajib’ diikuti oleh
seluruh rakyat Indonesia itu ditempuh dalam tiga tahap, yaitu tahap sekolah
dasar selama enam tahun, tahap sekolah menengah pertama selama tiga tahun, dan tahap
sekolah menengah atas selama tiga tahun. Terus pertanyaannya, selama sembilan
tahun menempuh pendidikan di sekolah apa saja yang telah didapat?
Untuk menjawab pertanyaan diatas,
ada dua jawaban yang pasti, yaitu mendapatkan ilmu dan yang satunya tidak ada
pengaruh apa-apa. Jika kita telusuri lebih jauh, maka makna dari pendidikan itu
sendiri apa? Apakah hanya duduk manis di kelas, mendengarkan guru, dan
mengerjakan soal? Atau sebuah kegiatan transfer ilmu yang dapat digunakan dalam
kehidupan sehari-hari? Atau hanya sekedar mengejar nilai di kelas?.
Filosofi pendidikan itu sendiri
mempunyai makna yang tinggi dan dalam. Karena itulah jika Indonesia ingin maju
maka pendidikanlah yang harus diutamakan. Tidak ada negara berkembang yang
menjadi negara maju jika pendidikan di negaranya sendiri masih belum merata dan
terdapat kekurangan disana-sini. Untuk membuat mutu pendidikan itu sendiri
menjadi lebih baik maka hal pertama yang harus diutamakan adalah tersedianya
sumber daya guru yang mempuni.
Tapi yang terjadi saat ini sangat
disayangkan, di beberapa tempat ada saja hal-hal yang membuat hal tersebut
sulit terjadi. Untuk menjadi seorang guru saja bukan keahlian calon guru
tersebut yang dinilai, tapi faktor uang atau bisa disebut suapnya berapa besar.
Alhasil ada guru yang kurang menguasai materi dalam kegiatan belajar
mengajarnya sehingga apa yang diajarkan tidak dapat dimengerti oleh para murid
atau bahkan lebih parah, materi yang diajarkan tidak sesuai dengan pelajaran yang
semestinya.
Dimulai dari faktor sumber daya
guru, merembetlah ke kualitas peserta didiknya. Walau ada mata pelajaran yang
bermaksud mendidik akhlak dan kelakuan para murid dan ada tempat konsultasi
seperti kantor bimbingan konseling, tetapi rasa-rasanya hal tersebut masih
kurang dalam mengubah kelakuan para murid untuk menjadi pribadi yang lebih
baik. Sehingga ditakutkan generasi muda penerus bangsa ini menjadi generasi
yang apatis dan menghalalkan segala cara untuk memudahkan kehidupannya.
Pada masa ujian nasional
misalnya, tidak sedikit para pendidik yang mengajarkan para muridnya untuk
berbuat curang. Bagaimana tidak, lulus atau tidaknya para murid menjadi faktor
keberhasilan sekolah tersebut menjadi sekolah yang baik. Jika terdapat satu
saja muridnya yang tidak lulus, maka sekolah tersebut akan malu dan mendapatkan
reputasi jelek di mata masyarakat. Tentu saja tidak ada guru maupun kepala
sekolah yang mau sekolah dimana dia mengabdi menjadi sorotan buruk di masyarakat.
Dengan pendidik yang buruk maka
tidak mengherankan jika lahirlah generasi peserta didik yang buruk juga. Tapi
tidak semua pendidik itu buruk, masih ada pendidik yang menjadi guru dengan
cara yang baik, mempunyai keahlian yang memadai, dan tentu saja mempunyai
akhlak ikhlas dalam mentransfer keilmuan ke murid-muridnya.
Jika tujuan pendidikan yang ada
di Indonesia sesuai dengan amanat yang tercantum dalam undang-undang maka semua
pihak harus berperan aktif dalam prosesnya. Anggap saja pendidik dan peserta
didik yang ada saat ini adalah generasi terbaik, tapi masih diperlukan
penunjang-penunjang lain untuk mensukseskannya. Salah satu penunjang pendidikan
adalah tersedianya sarana dan prasarana.
Tapi karena beberapa faktor
seperti faktor geografis daerah di Indonesia yang terdiri dari pulau-pulau
sehingga aksesnya sulit, faktor korupsi yang ada di pusat dan daerah tentang
pengadaan gedung dan alat-alat sekolah, dan faktor-faktor eror lainnya membuat
penyebaran sarana dan prasarana di Indonesia menjadi tidak merata. Terjadinya
kesenjangan sarana dan prasarana di kota dan di desa. Jadi akan sangat tidak
adil jika faktor kesuksesan pendidikan harus disama ratakan antara satu tempat
dengan tempat yang lainnya.
Jika ingin menyalahkan siapa?
saat ini jawabannya kembali ke diri masing-masing, apakah peran kita mempunyai
andil dalam kemajuan pendidikan Indonesia saat ini. Jangan memposisikan diri
sebagai individu yang tak bersalah, sebab tercapai atau tidaknya tujuan
Indonesia karena bantuan dari semua pihak tanpa terkecuali.
Pemerintah telah berusaha untuk
membuat sistem pendidikan yang lebih baik agar terdokumentasi dan tersusun
dengan rapi dalam penerapan kegiatan belajar mengajar, yang saat ini dikenal
dengan kurikulum 2015. Kandungan dari kurikulum tersebut telah bagus, tetapi
ada juga kelemahannya, terutama pembuatan laporan pelajaran yang menyita waktu
seorang guru untuk membuatnya. Sedangkan para guru dituntut untuk
berimpropivasi dalam pembelajaran agar bisa menyesuaikan dengan karakter setiap
murid yang sudah pasti berbeda-beda. Sehingga proses transfer ilmu merata
terhadap semua murid sesuai dengan jadwal materi yang telah ditetapkan.
Untuk melihat masa depan suatu
bangsa maka tidaklah salah bisa memprediksinya dengan melihat generasi mudanya.
Bagaimana suatu bangsa mau menolak korupsi jika peserta didiknya sedari awal
telah diajari untuk tidak jujur?. Bagaimana pula suatu bangsa mempunyai bangsa
yang santun dan sopan, jika saja pengaruh pendidikan tidak sampai keranah
pembentukan kepribadian yang baik?
Sekarang pengaruh globalisasi
sangatlah besar dalam kehidupan pendidikan di Indonesia. Kalau dulu murid-murid
harus membuka buku kesana kemari di perpustakaan untuk mencari referensi
keilmuan tetapi sekarang hanya dengan mencari di internet, semua jawaban telah
tersedia. Pengaruh kemajuan tersebut jika tidak diarahkan dengan baik maka akan
berdampak negatif bagi penggunanya. Bagaimana tidak, konten pornografi juga
bisa ditelusuri dengan mudahnya, dan tidak ada yang tahu karena itu semua dalam
genggaman.
Tujuan pendidikan adalah untuk
mencerdaskan generasi bangsa. Semua itu harus didukung penuh oleh setiap elemen
bangsa, dimulai dari pemerintah sampai dengan masyarakat jelata. Hentikan perdagangan
kualitas pendidikan yang membuat tidak meratanya aspek keilmuan. Tidak ada
sekolah unggulan maupun bukan sekolah unggulan, semuanya sama begitu pula
dengan kegiatan belajar mengajar maupun sarana prasarana di dalamnya.
Sudah saatnya semua bentuk
korupsi, kolusi, dan nepotisme dihilangkan dalam pendidikan di Indonesia.
Bagaimana bisa maju pendidikan jika faktor-faktor penghancur bangsa masih
berdiri kokoh dalam pendidikan yang merupakan penunjang masa depan bangsa.
Pemerintah harus tegas memberi hukuman terhadap para pelaku perusak pendidikan.
Selain itu juga pemerintah harus peka terutama dalam mensejahterakan para guru
agar mereka fokus dalam menstransfer keilmuan yang mereka miliki tanpa
dipengaruhi oleh kekurangan finansial.
By: RaSyBa
Did you hear there is a 12 word phrase you can speak to your crush... that will trigger intense emotions of love and instinctual attractiveness to you deep inside his chest?
BalasHapusBecause hidden in these 12 words is a "secret signal" that fuels a man's impulse to love, look after and look after you with all his heart...
12 Words Will Trigger A Man's Desire Impulse
This impulse is so built-in to a man's mind that it will make him try harder than ever before to take care of you.
Matter-of-fact, fueling this powerful impulse is so essential to getting the best ever relationship with your man that the second you send your man one of the "Secret Signals"...
...You'll soon find him expose his soul and mind to you in a way he haven't experienced before and he'll perceive you as the one and only woman in the world who has ever truly attracted him.