“Saya ingin mati terhormat daripada hidup menanggung malu.” Benigno (Ninoy)
Aquino Jr. Lahir 1933, Ninoy punya impian dan obsesi
menjadi presiden Philipina. Dari menjadi reporter, ia menjadi jurnalis, dan
kemudian politisi. Ia menjadi walikota termuda di provinsinya, pada usia 22
tahun. Setelah 7 tahun memerintah, ia terkena diskualifikasi. Sebab usianya
kurang 19 hari untuk dapat dipilih.
Sejak itu, ia ingin terus menjadi presiden. Menjadi gubernur termuda pada
usia 28 tahun. Tahun 1967, ia menjadi senator termuda di
Philipina pada usia 34 tahun. Mencalonkan diri sebagai presiden pada tahun
1973. Harapannya kandas ketika Philipina menerapkan hukum perang tahun 1972.
Pemilu dibatalkan. Ia di tahan dan dijebloskan ke penjara militer selama 7
tahun 7 bulan (24 bulan di sel tersendiri). Ia diancam hukuman mati karena
dituduh subversi dan tindak kriminal lain.
Hidup seperti di neraka, baik bagi dia dan keluarga. Sebagai protes
ketidakadilan, ia mogok makan sampai nyaris mati memaksa
presiden Marcos membebaskan dan merawat dia di Amerika Serikat, dengan syarat
tidak boleh mengkritik Philipina di AS dan tidak akan kembali lagi ke
Philipina. Selama 3 tahun hidup di pengasingan, ia
memberitahu dunia tentang kebobrokan yang ada di Philipina.
Tahun 1983, meski diberitahu akan di bunuh jika nekad pulang, ia memutuskan
untuk pulang. Walau hidup tenang di tempat pengasingan/suaka di Amerika, tetapi
ia lebih suka mempertahankan hidup. Ia terpanggil mengatasi krisis, meski harus
menderita seperti rakyat jelata. Kembali ke Philipina untuk memperjuangkan hak
dan kebebasan tanpa melalui kekerasan dan merekonsiliasi negara dalam bidang
keadilan sosial.
Pada tanggal 21 Agustus 1983, Ninoy Aguino ditembak
mati di Bandara Internasional Di Manila, 50 detik setelah berdiri dari tempat
duduk. Orang yang akan menjadi presiden telah kembali ke
pengasingan selama-lamanya.
Namun kematiannya telah menjadi penyebab tumbangnya Marcos dari tampuk
pimpinan. Ironisnya Marcos terdepak oleh transformasi istri Ninoy, Corazon
Aquino, yang bermula dari ibu rumah tangga dan nantinya menjadi Presiden Wanita
pertama di Philipina. Corazon berhasil memulihkan
demokrasi di negaranya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar