Selasa, 05 April 2011

Pengrajin Emas dan Kuningan (Pelajaran Tentang Ketekunan)


Di sebuah negeri, hiduplah dua orang pengrajin yang tinggal bersebelahan.Seorang diantaranya, adalah pengrajin emas, sedang yang lainnya pengrajinkuningan. Keduanya telah lama menjalani pekerjaan ini. Sebab, ini adalahpekerjaan yang diwariskan secara turun-temurun. Telah banyak pula barang yangdihasilkan dari pekerjaan ini. Cincin, kalung, gelang, dan untaian rantaipenghias, adalah beberapa dari hasil kerajinan mereka.
Setiap akhir bulan, mereka membawa hasil pekerjaan ke kota. Hari pasar, demikianmereka biasa menyebut hari itu. Mereka akan berdagang barang-barang logam itu,sekaligus membeli barang-barang keperluan lain selama sebulan. Beruntunglah,pekan depan,akan ada tetamu agung yang datang mengunjungi kota, dan bermaksudmemborong barang-barang yang ada disana. Kabar ini tentu membuat mereka senang.Tentu, berita ini akan membuat semua pedagang membuat lebih banyak barang yangakan dijajakan.
Siang-malam, terdengar suara logam yang ditempa. Setiap dentingnya, layaknyanafas hidup bagi mereka. Tungku-tungku api, seakan tak pernah padam. Kayu bakaryang tampak membara, seakan menjadi penyulut semangat keduanya. Percik-percikapi yang timbul tak pernah di hiraukan mereka. Keduanya sibuk dengan pekerjaanmasing-masing. Sudah puluhan cincin, kalung, dan untaian rantai penghias yangsiap dijual. Hari pasar makin dekat. Dan lusa, adalah waktu yang tepat untukberangkat ke kota.
Hari pasar telah tiba, dan keduanya pun sampai di kota. Hamparan terpal telahdigelar, tanda barang dagangan siap dijajakan. Keduanya pun berjejerberdampingan. Tampaklah, barang-barang logam yang telah dihasilkan. Namun, ahsayang, ada kontras yang mencolok diantara keduanya. Walaupun terbuat dari logammulia, barang-barang yang dibuat oleh pengrajin emas tampak kusam. Warnanya takberkilau. Ulir-ulirnya kasar, dengan pokok-pokok simpul rantai yang tak rapi.Seakan, sang pembuatnya adalah seorang yang tergesa-gesa.
“Ah, biar saja,” demikian ucapan yang terlontar saat pengrajin kuninganmenanyakan kenapa perhiasaannya kawannya itu tampak kusam. “Setiap orang akanmemilih daganganku, sebab, emas selalu lebih baik dari kuningan,” ujar pengrajinemas lagi, “Apalah artinya loyang buatanmu dibanding logam mulia yang kupunya,aku akan membawa uang lebih banyak darimu.” Pengrajin kuningan, hanya tersenyum.Ketekunannya mengasah logam, membuat semuanya tampak lebih bersinar.Ulir-ulirnya halus. Lekuk-lekuk cincin dan gelang buatannya terlihat seperlilingkaran yang tak putus. Liku-liku rantai penghiasnya pun lebih sedap dipandang mata.
Ketekunan, memang sesuatu yang mahal. Hampir semua orang yang lewat, tak menaruhperhatian kepada pengrajin emas. Mereka lebih suka mendatangi, danmelihat-melihat cincin dan kalung kuningan. Begitupun tetamu agung yang berkenandatang.Mereka pun lebih menyukai benda-benda kuningan itu dibandingkan denganlogam mulia. Sebab, emas itu tidaklah cukup mereka tertarik, dan mau membelinya.Sekali lagi, terpampang kekontrasan di hari pasar itu. Pengrajin emas yangtertegun diam, dan pengrajin kuningan yang tersenyum senang.
Hari pasar telah usai, dan para tetamu telah kembali pulang. Kedua pengrajin itupun telah selesai membereskan dagangan. Dan agaknya, keduanya mendapat pelajarandari apa yang telah mereka lakukan hari itu.

Sumber: Kisah-kisah motivasi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar