Minggu, 11 Oktober 2015

Makalah Sosiologi Pendidikan Islam

Oleh: Rabian Syahbana

PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Kehidupan manusia sebagai makhluk sosial dihadapkan kepada masalah sosial yang tak dapat dipisahkan dalam kehidupan. Masalah sosial ini timbul sebagai akibat dari hubungannya dengan sesama manusia lainnya dan akibat tingkah lakunya. Masalah sosial ini tidaklah sama antara masyarakat yang satu dengan masyarakat lainnya karena adanya perbedaan dalam tingkat perkembangan kebudayaannya, sifat kependudukannya, dan keadaan lingkungan alamnya.[1] Sosiologi memberikan informasi ke dalam dunia pendidikan tentang nilai-nilai yang berlaku di masyarakat. Sedangkan pendidikan Islam mempunyai peran aktif dalam menciptakan generasi yang mampu berinteraksi sosial dengan baik. Pendidikan Agama Islam mengenalkan kepada peserta didik tentang nilai-nilai yang terdapat dalam Agama Islam
Sosiologi sebagai ilmu pengetahuan memiliki lapangan penyelidikan, sudut pandangan, metode, dan susunan pengetahuan. Obyek penelitian sosiologi adalah tingkah laku manusia dalam kelompok. sudut pandangannya ialah memandang hakikat masyarakat kebudayaan, dan individu secara ilmiah. Sedangkan susunan pengetahuan dalam sosiologi terdiri atas konsep-konsepdan prinsip-prinsip mengenai kehidupan kelompok sosial, kebudayaannya, dan perkembangan pribadi. Salah satu ini yang mendapat perhatian sosiologi ialah penelitian mengenai tata sosial. Menurut F.G. Robbins, sosiologi pendidikan adalah sosiologi khusus yang tugasnya menyelidiki struktur dan dinamika proses pendidikan. Yang termasuk dalam pengertian struktur ini ialah teori dan filsafat pendidikan, sistem kebudayaan, struktur kepribadian dan hubungan kesemuanya itu dengan tata sosial masyarakat.[2] Keberhasilan dalam pendidikan agama Islam tidak hanya bisa ditentukan dengan struktur nilai yang disimbolkan dengan angka, melainkan lebih ditentukan oleh kehidupan interaksi sosial sehari-hari yang terjadi di sekolah, baik antar masyarakat, sekolah maupun antara sekolah dengan masyarakat sekitar dengan nilai-nilai keIslaman.
Proses sosial biasanya menghasilkan keadaan dan struktur sosial yang sama sekali baru. Proses sosial menciptakan dan menghasilkan perubahan mendasar.[3]Sosiologi mempunyai kontribusi penting bagi pendidikan Agama Islam dalam kaitannya dengan penerapan agama dalam kehidupan bermasyarakat. Sesungguhnya studi sosiologi sangat penting untuk dibahas karena berguna untuk umat Islam.
PEMBAHASAN
A.    Definisi Sosiologi Pendidikan Islam
Awal abad 20, sosiologi mempunyai peranan penting dalam pemikiran pendidikan, sehingga lahirlah sosiologi pendidikan. Sebagaimana akhir abad 19, psikologi mempunyai pengaruh besar dalam dunia pendidikan, sehingga lahirlah suatu disiplin baru yang disebut psikologi pendidikan. Wilds dalam Abu Ahmadi mengatakan sosiologi pendidikan dan psikologi pendidikan mempunyai peranan yang kontemporer bagi pemikiran pendidikan. Apabila soiologi pendidikan memandang segala pendidikan dari sudut struktur sosial masyarakat, maka psikologi pendidikan memandang gejala pendidikan dari sudut perkembangan pribadi. Tugas pendidikan menurut sosiologi ialah memelihara kehidupan dan mendorong kemajuan masyarakat. Pada umumnya kaum pendidik dewas ini memandang tujuan akhir pendidikan lebih bersifat sosiolistis daripada individualistis.[4]
Ditinjau dari segi etimologinya istilah sosiologi pendidikan terdiri atas dua perkataan yaitu sosiologi dan pendidikan. maka sepintas saja telah jelas bahwa di dalam sosiologi pendidikan itu yang menjadi maslaah sentralnya ialah aspke-aspek sosiologi di dalam pendidikan. di dalam sosiologi pendidikan itu akan berlaku dan bekerjasama antara prinsip-prinsip sosiologis dan rinsip-prinsip paedagogis besera ilmu-ilmu bantuannya, misalnya psikologika (ilmu psikologi pendidikan)/ atau secara konkrit, bahwa di dalam sosiologi pendidikan itu bukan saja terdapat sosiologi ataupun pendidikan, tetapi terdapatlah sosiologi ataupun pendidikan, yang merupakan suatu ilmu yang baru ialah kerjasama antara keduanya, dengan mempergunakan prinsip-prinsip sosiologi di dalam seluruh proses pendidikan meliputi metode, organisasi sekolah, evaluasi pelajaran dan kegiatan-kegiatannya.[5]
Sosiologi menurut beberapa ahli. Charles A. Ellwood: sosiologi pendidikan adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari/menuju untuk melahirkan maksud hubungan-hubungan antara semua pokok-pokok masalah antara proses pendidikan dan proses sosial (education sociology is the science which aims to reveal the connections at all points between the educative process and the sosial process). Dr. Ellwood: sosiologi pendidikan adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang proses belajar dan mempelajari antara orang yang satu dengan orang yang lain (education sosciology should be centered about the process of inter-learning-learning from one another). E.B. Reuter: sosiologi pendidikan mempunyai kewajiban untuk menganalisa evolusi dari lemaga-lembaga pendidikan dalam hubungannya dengan perkembangan manusia, dan dibatasi oleh pengaruh-pengaruh dari lembaga pendidikan yang menentukan kepribadian sosial dari tiap-tiap individu. Jadi prinsipnya antara individu dengan lembaga-lembaga sosial itu selalu saling pengaruh-mempengaruhi (process of sosial interaction).[6]
Sosialisasi adalah soal belajar. Di dalam proses sosialisasi individu belajar tingkah laku, kebiasaan, serta pola-pola kebudayaan lainnya, juga keterampilan-keterampilan sosial seperti berbahasa, bergaul, berpakaian, cara makan, dan sebagainya.[7] Sosiologi Pendidikan Islam terdiri dari tiga kata, yaitu Sosiologi yang diartikan sebagai “Ilmu yang mempelajari struktur sosial dan proses-proses sosial, terutama di dalamnya perubahan-perubahan sosial”.[8] Menurut Prof. DR. S. Nasution, M.A., Sosiologi Pendidikan adalah ilmu yang berusaha untuk mengetahui cara-cara mengendalikan proses pendidikan untuk mengembangkan kepribadian individu agar lebih baik. Sedangkan menurut F.G. Robbins dan Brown, Sosiologi Pendidikan ialah ilmu yang membicarakan dan menjelaskan hubungan-hubungan sosial yang mempengaruhi individu untuk mendapatkan serta mengorganisasikan pengalaman.[9]
August Comte berpendapat bahwa sosiologi merupakan ilmu pengetahuan kemasyarakatan umum yang merupakan hasil terakhir dari perkembangan ilmu pengetahuan. Sosiologi harus dibentuk melalui pengamatan yang cermat atas fenomena-fenomena sosial nyata yang terjadi dalam masyarakat. Sosiologi bukanlah ilmu yang dibentuk dengan spekulasi-spekulasi dan hayalan-hayalan, tetapi sosiologi merupakan ilmu yang lahir dari proses perkembangan ilmu pengetahuan dan ilmu itu didasarkan atas fakta-fakta sosial, ilmu itu dapat diobservasi dan diverifikasi. Fakta-fakta sosial tersebut perlu diteliti dengan menggunakan metodologi yang tepat untuk menjelaskannya. Pengetahuan sosial atau sosiologi bermula dari suatu kesan yang muncul dalam pemikiran manusia sebagai hasil dari penggunaan panca-inderanya mengenai fakta-fakta sosial yang berbeda dengan keyakinan dan kepercayaan yang biasanya muncul dari proses pemahaman dan pengamalan doktrin-doktrin keagamaan. Pengetahuan sosial sebagaimana pengetahuan lainnya bertujuan untuk memperoleh suatu kepastian serta menghilangkan dari prasangka, spekulasi dan hayalan. Pegetahuan sendiri tidak semuanya ilmu, hanya pengetahuan yang tersusun secara sistematis yang dapat disebut ilmu. Sosiologi merupakan bidang ilmu yang muncul dari tradisi filsafat positivisme, yang merupakan aliran filsafat yang hendak membebaskan manusia dari pengaruh takhayul, mitos dan dogma-dogma yang tak terjangkau panca-indera manusia. positivisme meletakkan pengetahuan yang sahih adalah pengetahuan yang didasarkan pada fakta objektif.[10]
Sosiologi pendidikan Islam merupakan disiplin ilmu yang berusaha untuk mengetahui cara-cara mengendalikan proses pendidikan untuk mengembangkan kepribadian individu agar lebih baik sesuai dengan ajaran agama Islam, dan mengatur bagaimana seorang individu berhubungan dengan individu yang lain sesuai dengan kaidah-kaidah Islam yang akan mempengaruhi individu tersebut dalam mendapatkan serta mengorganisasikan kehidupannya.

B.     Sejarah Sosiologi Pendidikan Islam
Suatu ilmu sekurang-kurangnya dapat dirumuskan dalam dua cara: (1) suatu ilmu adalah suatu kerangka pengetahuan yang tersusun dan teruji yang diperoleh melalui suautu penelitian ilmiah; (2) suatu ilmu adalah suatu metode untuk menemukan suatu kerangka pengetahuan yang tersusun dan teruji. Kedua cara tersebut kurang lebih menyatakan hal yang sama. Bila rumusan pertama kita terima, maka sosiologi adalah suautu ilmu sejauh sosiologi mengembangkan suautu kerangka pengetahuan yang tersusun dan teruji yang didasarkan pada penelitian ilmiah. Sejauh sosiologi meninggalkan mitos, dongeng dan angan-angan, dan mendasarkan kesimpulannya pada bukti-bukti ilmiah maka sosiologi adalah suautu ilmu. Bila ilmu kita definisikan sebagai suautu metode penelaahan, maka sosiologi adalah suatu ilmu sejauh sosiologi menggunakan metode penelaahan ilmiah. Semua gejala alamiah dapat ditelaah secara ilmiah, jika kita bersedia menggunakan metode ilmiah. Segala jenis perilaku, apakah perilaku atom, binatang atau remaja, adalah suautu bidang yang cepat untuk penelaahan ilmiah.[11]
Badri Yatim dalam Beni Ahmad berpendapat bahwa prinsip perilaku beragama yang berpatokan pada perilaku kolektif adalah wujud lain dari adanya solidaritas kelompok, baik secara mekanis maupun organis. Ibnu Khaldun (1333-1406 M) sebelum lahirnya Auguste Comte, melahirkan teori tentang solidaritas, yakni ashobiyah yang mencoba menerjemahkan makna bahwa manusia beriman begaikan jasad yang satu, kaljasad al-wahid. Teori ini melahirkan sikap toleransi dalam kehidupan kelomp masyarakat sehingga lahir pula konsep Tasamuh dalam Islam. Artinya, toleransi yang dibangun di atas prinsip Takaful al-ijtima’. Teori ini menjadi landasan utama dalam menganalisis tindakan masyarakat beragama, baik sebagao bagian dari murni masyarakat maupun anggota sebuah instuisi. Rujukan utamanya adalah sabda Rasulullah SAW “bahwa orang beriman bagaikan bangunan, satu sama lain saling menguatkan” (Al-Mukminu Kalbunyan yasyuddu ba’dhuhu ba’dhan). Setiap individu adalah anggota dari suautu kelompok. tetapi tidak setiap warga dari suautu masyarakat hanya menjadi anggota dari satu kelompok tertentu, ia bisa menjadi anggota lebih dari satu kelompok sosial.[12]
Saat ini fakta menunjukkan bahwa masyarakat mengalami perubahan yang sangat cepat, progresif, dan sering menunjukkan gejala desintegratif (berkurangnya kesetiaan terhadap nilai-nilai umum), jika nilai-nilai umum saja sudah tidak diperhatikan lagi, apalagi dengan nilai-nilai agama. Perubahan sosial yang cepat juga menimbulkan cultural lag(ketinggalan kebudayaan akibat adanya hambatan-hambatan), yang menjadi sumber masalah-masalah dalam sosial masyarakat. Masalah-masalah sosial juga dialami dunia pendidikan. Oleh karena itu, para ahli sosiologi diharapkan mampu menyumbangkan pemikirannya untuk memecahkan masalah-masalah pendidikan yang fundamental.[13]
Kenyataan menunjukkan bahwa masyarakat mengalam perubahan sosial yang sangat cepat, maju dan memperlihatkan gejala desintegratif. Perubahan sosial yang cepat itu meliputi berbagai kehidupan, dan merupakan masalah bagi semua instuisi sosial, seperti: industri, agama, perekonomian, pemerintahan, keluarga, perkumpulan-perkumpulan dan pendidikan. maslaah sosial dalam masyarakat itu juga dirasakan oleh dunia pendidikan. masalah pendidikan dalam keluarga, pendidikan di sekolah, dan pendidikan dalam masyarkat merupakan refleksi masalah-masalah sosial dalam masyarkat.[14]
Sosiologi pendidikan merupakan suatu disiplin yang menjadi perhatian, baik ahli sosiologi maupun ahli pendidikan, dan keduanya telah memebrikan kontribusi berharga. Ada beberapa wilayah permasalahan, yang kiranya lebih baik diteliti oleh ahli-ahli sosiologi. Tetapi ada juga wilayah permasalahan lainnya yang lebih baik ditangani oleh ahli pendidikan atau tenaga kependidikan, dan keduaya telah memberikan kontribusi berharga. Ada beberapa wilayah permasalahan, yang kiranya lebih baik diteliti oleh ahli-ahli sosiologi. Tetapi ada juga wilayah permasalahan lainnya yang lebih baik ditangani oleh ahli pendidikan atau tenaga kependidikannya. Yang terpenting, pada keadaan dan tingkat manapun, hendaknya semua upaya penelitian dilakukan secara terarah dan terkendali, dan dengan mengggunakan metodologi yang ampuh.[15]

C.    Tujuan Sosiologi Pendidikan Islam
Tujuan pendidikan menurut George S. Herington mengemukakan lima macam tujuan daripada sosiologi pendidikkan, ialah:[16]
1.      To understand the role of the reacher in the community and the schol asa an instrument of sosial progress and sosial factors affecting school.
2.      To understand the democratic ideologies, our culture and economic and sosial trends in relation to both formal and informal educational agencies.
3.      To understand sosial and their effects upon individuals.
4.      To sosialize the curriculum, and
5.      To us techiques of research and critical thingkig to achieve these aims.
Tujuan sosiologi pendidikan di Indonesia sendiri ialah:[17]
1.      Berusaha memahami peranan sosiologi daripada kegiatan sekolah terhadap masyarakat, terutama apabila sekolah ditinjau dari segi kegiatan intelektual.
2.      Untuk memahami seberapa jauhkah guru dapat membina kegiatan sosial anak didiknya untuk mengembangkan kepribadian anak.
3.      Untuk mengetahui pembinaan Pancasila dan kebudayaan nasional Indonesia di lingkungan pendidikan dan pengajaran.
4.      Untuk mengadakan integrasi kurikulum pendidikan dengan masyarakat sekitarnya agar supaya pendidikan mempunyai kegunaan praktis di dalam masyarkat, dan negara seluruhnya.
5.      Untuk menyelidiki faktor-faktor kekuatan masyarakat, yang bisa menstimulir pertumbuhan dan perkembangan kepribadian anak.
6.      Memberi sumbangan yang positif terhadap perkembangan ilmu pendidikan.
7.      Memberi pegangan terhadap penggunaan prinsip-prinsip sosiologi untuk mengadakan sosiologi sikap dan kepribadian anak didik.
Sosiologi pendidikan sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang interaksi di antara individu-individu dan kelompok-kelompok dengan kelompok, atau dengan perkataan lain secara khusu sosiologi pendidikan itu membicarakan, melukiskan dan menerangkan instuisi-instuisi, kelompok-kelompok, sosial, dan proses sosial, hubungan atau relasi sosial di mana di dalam dan dengannya manusia memperoleh dan mengorganisir pengalaman-pengalamannya. Jadi sosiologi pendidikan tidak hanya terbatas pada studi di sekolah saja, tetapi lebih luas lagi ialah mencangkup instuisi-instuisi sosial dengan batasan sepanjang pengaruh daripada totalitas milieuktural terhadap perkembangan kepribadian anak. Sosiologi pendidikan mempunyai approach sosiologi pendidikan.[18]
Tujuan sosiologi pendidikan Islam dapat dirumuskan sebagai berikut: [19]
1.      Menganalisis proses sosialisasi anak, baik dalam keluarga, sekolah, maupun masyarakat. Dalam hal ini harus diperhatikan pengaruh lingkungan dan kebudayaan masyarakat terhadap perkembangan pribadi anak.
2.      Menganalisis perkembangan dan kemajuan sosial. Banyak pakar yang beranggapan bahwa pendidikan memberikan kemungkinan yang besar bagi kemajuan masyarakat, karena dengan memiliki ijazah atau gelar yang semakin tinggi, maka akan mampu menduduki jabatan yang lebih tinggi pula yang juga akan menghasilkan penghasilan yang lebih banyak sehingga kesejahteraan sosialpun tercapai. Di samping itu, banyaknya pengetahuan dan keterampilan dapat mengembangkan aktivitas dan kreatifitas sosial.
3.      Menganalisis status pendidikan dalam masyarakat. Berdirinya suatu lembaga pendidikan dalam masyarakat sering disesuaikan dengan tingkatan daerah di mana lembaga pendidikan itu berada. Sebagai contoh, perguruan tinggi didirikan di tingkat propinsi atau kabupaten yang cukup animo mahasiswanya serta tersedia dosen yang bonafid.
4.      Menganalisis partisipasi orang-orang terdidik/berpendidikan dalam kegiatan sosial. Peranan warga yang berpendidikan sering menjadi ukuran tentang maju dan berkembangnya kehidupan masyarakat. Sehingga sebaiknya warga yang berpendidikan tidak segan-segan berpartisipasi aktif dalam kegiatan sosial, terutama dalam memajukan kepentingan masyarakat. Mereka harus mampu menjadi motor penggerak dari peningkatan taraf hidup sosial.
5.      Membantu menentukan tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan nasional harus sesuai dengan falsafah hidup bangsa (Indonesia; Pancasila). Dinamika tujuan pendidikan nasional terletak pada keterkaitannya dengan GBHN yang tiap 5 (lima) tahun sekali ditetapkan dalam sidang umum MPR, dan disesuaikan dengan era pembangunan yang ditempuh, serta kebutuhan masyarakat dan kebutuhan manusia.
6.      Menurut E.G. Payne, sosiologi pendidikan bertujuan memberikan latihan-latihan yang efektif kepada guru-guru dalam bidang sosiologi.
7.      Memahami hubungan antar manusia di sekolah serta struktur masyarakat.

Dalam referensi lain disebutkan, bahwa tujuan sosiologi pendidikan terdiri dari beberapa konsep berikut:[20]
1.      Sosiologi pendidikan sebagai analisis proses sosialisasi
Yaitu mengutamakan proses bagaimana kelompok-kelompok sosial mempengaruhi kelakuan seorang individu. Francis Brown mengemukakan bahwa “sosiologi pendidikan memperhatikan pengaruh keseluruhan lingkungan budaya sebagai tempat dan cara individu memperoleh dan mengorganisasi pengalamannya”.
2.      Sosiologi pendidikan sebagai analisis kedudukan pendidikan dalam masyarakat
L. A. Cook mengutamakan fungsi lembaga pendidikan dalam masyarakat dan menganalisis hubungan sosial antara sekolah dengan berbagai aspek masyarakat, seperti menyelidiki hubungan antara masyarakat pedesaan dengan sekolah rendah atau menengah. Juga meneliti fungsi sekolah sehubungan dengan struktur status sosial dalam lingkungan masyarakat tertentu.
3.      Sosiologi pendidikan sebagai analisis interaksi sosial di sekolah dan antara sekolah dengan masyarakat
Menganalisis pola-pola interaksi sosial dan peranan sosial dalam masyarakat sekolah dan hubungan orang-orang di dalam sekolah dengan kelompok-kelompok di luar sekolah. Juga menyelidiki hubungan dan partisipasi guru dalam kegiatan masyarakat. Peranan tenaga pengajar di sekolah yang dapat menambah wawasan tentang kelompok-kelompok sosial dalam sekolah.
4.      Sosiologi pendidikan sebagai alat kemajuan dan perkembangan sosial
Para ahli menganggap bahwa pendidikan sosial merupakan bidang studi yang memberi dasar bagi kemajuan sosial dan pemecahan masalah-masalah sosial. Pendidikan dianggap sebagai badan yang mampu memperbaiki masyarakat, alat untuk mencapai kesejahteraan atau kemajuan sosial. Sedangkan sekolah dapat dijadikan sebagai alat kontrol sosial yang membawa kebudayaan ke puncak yang setinggi-tingginya.
5.      Sosiologi pendidikan sebagai dasar untuk menentukan tujuan pendidikan
Beberapa ahli memandang bahwa sosiologi pendidikan sebagai alat untuk menganalisis tujuan pendidikan secara objektif. Mereka mencoba mencapai suatu filsafat pendidikan berdasarkan analisis masyarakat dan kebutuhan manusia.
6.      Sosiologi pendidikan sebagai sosiologi terapan
Sosiologi pendidikan merupakan aplikasi sosiologi terhadap masalah-masalah pendidikan, misalnya kurikulum. Sosiologi bukan ilmu murni, akan tetapi merupakan ilmu terapan yang diterapkan untuk mengendalikan pendidikan. Para ahli sosiologi pendidikan menggunakan segala sesuatu yang diketahui dalam bidang sosiologi dan pendidikan yang kemudian dipadukan dalam suatu ilmu baru dengan menerapkan prinsip-prinsip sosiologi kepada seluruh proses pendidikan.
7.      Sosiologi pendidikan sebagai latihan bagi petugas pendidikan
Menurut F.G. Robbins dan Brown, sosiologi pendidikan merupakan ilmu yang membicarakan dan menjelaskan hubungan-hubungan sosial yang mempengaruhi individu untuk mendapatkan serta mengorganisasikan pengalamannya. Sosiologi pendidikan mempelajari kelakuan sosial serta prinsip-prinsip untuk mengontrolnya. Sedangkan menurut E.G. Payne tujuan utama dari sosiologi pendidikan adalah memberikan latihan yang serasi dan efektif kepada guru-guru, para peneliti dan orang-orang lain yang menaruh perhatian kepada pendidikan sehingga dapat memberikan sumbangannya kepada pemahaman yang lebih mendalam tentang pendidikan.

D.    Bidang Kajian Sosiologi Pendidikan Islam
Sosiologi dapat memilih berbagai metode dalam melaksanakan kajiannya. Tentu saja metode yang dipilihnya disesuaikan dengan prosedrur, alat dan desain penelitian yang digunakan. Jenis penelitian harus sesuai dengan metode yang dipilih. Begitu juga prosedur dan alat yang digunakan harus sesuai dengan metode penelitian yang digunakan. Maka metode , prosedur, dan instrumen yang digunakan dalam penelitian sosiologi harus sejalan dan mempunyai kesesuaian. Apabila salah satu dari tiga aspek tadi tidak ada kesesuaian, penelitian itu akan mengalami kesulitan yang serius.[21]
Masalah-masalah yang diselidiki sosiologi pendidikan atau bidang kajian sosiologi pendidikan meliputi pokok-pokok antara lain:[22]
1.      Hubungan sistem pendidikan dengan aspek-aspek lain dalam masyarakat, yang meliputi:
a.       Fungsi pendidikan dalam kebudayaan
b.      Hubungan antara sistem pendidikan dengan proses kontrol sosial dan sistem kekuasaan
c.       Fungsi sistem pendidikan dalam proses perubahan sosial dan kultural, atau usaha mempertahankan status quo
d.      Hubungan pendidikan dengan sistem tingkat/status sosial
e.       Fungsi sistem pendidikan formal bertalian dengan kelompok rasial, kultural, dan sebagainya
2.      Hubungan antar manusia di dalam sekolah, dalam hal ini yang menjadi kajian yaitu menganalisis struktur sosial di dalam sekolah. Pola kebudayaan di dalam sistem sekolah berbeda dengan apa yang terdapat di dalam masyarakat di luar sekolah. Bidang yang dapat dipelajari antara lain:
a. Hakikat kebudayaan sekolah, sejauh ada perbedaannya dengan kebudayaan di luar sekolah
b. Pola interaksi sosial atau struktur masyarakat sekolah, yang meliputi berbagai hubungan antara berbagai unsur di sekolah, kepemimpinan dan hubungan kekuasaan, stratifikasi sosial dan pola interaksi informal.
3.      Pengaruh sekolah terhadap kelakuan dan kepribadian semua pihak di sekolah, jadi yang diutamakan adalah aspek proses pendidikan itu sendiri, bagaimana pengaruh sekolah terhadap murid. Seperti peranan sosial guru, hakikat kepribadian guru, pengaruh kepribadian guru terhadap kelakuan anak, dan fungsi sekolah dalam sosialisasi murid.
4.      Sekolah dalam masyarakat, yaitu menganalisis pola interaksi sekolah dengan kelompok sosial dalam masyarakat di sekitarnya, meliputi:
1.      Pengaruh masyarakat atas organisasi sekolah
2.      Analisis proses pendidikan yang terdapat dalam sistem-sistem sosial dalam masyarakat luar sekolah
3.      Hubungan antara sekolah dan masyarakat dalam pelaksanaan pendidikan
4.      Faktor-faktor demografi dan ekologi dalam masyarakat yang bertalian dengan organisasi sekolah, yang perlu untuk memahami sistem pendidikan dalam masyarakat serta integrasinya di dalam keseluruhan kehidupan masyarakat.

E.     Pendekatan-Pendekatan Sosiologi Pendidikan Islam
Dalam kajian Sosiologi Pendidikan kita akan menggunakan beberapa pendekatan (Approach) yaitu:
1.      Pendekatan Indvidu (The Individu Approach)
Yaitu pendekatan yang memperhatikan faktor individu secara utuh meliputi watak, intelegensi, psikologi, dan kemampun psikomotorik. Untuk dapat mengerti tata kehidupan masyarakat (kelompok) perlu dibahas tata kehidupan individu yang menjadi pembentuk mayarakat itu, jikalau kita dapat memahami tingkah laku individu satu persatu bagaimana cara berfikirnya, perasaannya, kemampuannya, perbuatnnya, sikapnya dan sebagainya atau tegasnya watak individu, bagaimana mefasilitasi individu, begitulah seterusnya. Maka akhirnya dapat dimengerti bagaimana kelompok (masyarakat), dilihat dari tingkah laku masyarakat seluruhnya sampai pada tingkah laku Negara ( misalnya kepribadian Negara).[23]
Individu sebagai titik tolak ditentukan atau di pengaruhi oleh dua macam faktor intern dan extern. Faktor intern meliputi faktor-faktor biologis dan psikologis, sedangkan faktor extern mencakup faktor-faktor lingkungan fisik dan lingkungan sosial. Maka didalam approach individu menitik beratkan kepada faktor-faktor biologis dan psikologis yang mendeterminir tingkah laku seseorang. Kedua faktor itulah yang primer sedangkan faktor lingkungan sekitar fisik dan sosial merupakan faktor sekunder.[24]
2.      Pedekatan Sosial (The Sosial Approach)
Yaitu pendekatan yang memperhatikan faktor lingkungan sebagai lingkungan tinggal induvidu dalam perkembangannya. Titik pangkal dari Approach Sosial ialah masyarakat dengan berbagai lembaganya, kelompok-kelompok dengan berbagai aktivitas. Secara konkrit Approach Sosial ini membahas aspek-aspek atau komponen dari pada kebudayaan manusia, misalnya keluarga, tradisi, adat istiadat, moralitas, norma-norma sosialnya dan sebagainya. Tingkah laku individu dapat dipahami dengan memahami tingkah laku masyarakatnya.[25] Misalnya, pada waktu lahir dengan pertolongan bidan, atau dukun bayi, upacara-upacara yang dilakukan untuk si bayi, apabila anak sudah mulai bicara diajar tatakrama keluarga dan masyarakat. Misalnya bagimana cara makan dan minum, bagaimana cara berpakain dan sebagainya. Semua menjalankan bahwa generasi muda harus bertingkah laku sesuai dengan pola tingkah laku yang dikehendaki oleh masyrakat atau dengan perkataan lain di kondisikan oleh kebudayaan masyarakat. Jadi kalau masyarakat mengizinkan perkawinan poligami maka individu-individunya juga berpoligami.
Lebih luas lagi karena Indonesia mengembangkan falsafah hidup Pancasila, maka seluruh warga negara harus mengembangkan paham Pancasila. Kalau pemerintah menganut demokrasi pancasila maka seluruh warga negara harus mengerti dan mengamalkan demokrai pancasila. Jika ada warga yang tidak mau mengamalkan pancasila, negara akan menindak mereka, oleh karena mereka diangggap menyeleweng dari pola tingkah laku yang harus dikembangkan oleh masyarakat.
Approach Sosial tentulah mempunyai kelemahan, sebab betapapun homogennya suatu masyarakat, betapa kuatnya tata cara di situ masih juga kita dapati individualitas jadi anggota masyarakat, artinya ciri-ciri tingkah laku manusia perseorangan masih dapat dilihat juga. Mengapa demikian karena tiap-tiap individu mempunyai watak dan kepribadiannya masing-masing, individualitas manusia tetap masih ada tidak jarang juga kesegeraman tingkah laku pada masyarakat-masyarakat yang kuat tata caranya dianggap sebagai paksaan terhadap individu-individunya, mereka merasa kurang bebas, mereka ingin keluar dari belenggu adat istiadat masyarakat.[26]
Jadi pendekatan sosial ini titik beratnya terletak pada masyarakat dan pengaruh geografis jadi tingkah laku manusia itu ditentukan oleh faktor fisik dan kultural. Jadi dengan demikian, maka bertitik pangkal kepada berbagai individu yang berinteraksi, dan dengan interksi sosial itu akan menunjukkan segi sosialnya makluk manusia, sudah barang tentu dalam hal ini manusia selalu mengadakan penyesuain diri dengan lingkungannya.
3.      Pendekatan Interksi (The Intraction approach)
Yaitu pendekatan dengan memperhatikan pola hubungan antara individu dalam lingkungannya. Di dalam pendekatan interaksional kita memperhatikan faktor-faktor individu dan sosial. Dimana individu dan masyarakat saling mempengaruhi dalam hubungan timbal balik antara individu dan masyarakat. Yang mana interaksi yang terjadi mempunyai kekuatan saling membentuk dan mempengaruhi dalam rangka saling menyempurnakan.[27] Approach Individu memberi dasar adanya individualitas watak dan kepribadian individu-individu perseorangan sedangkan approach sosial terutama dengan studi sosiologinya memberi landasan arah dan perkembanagan watak dan kepribadian individu-individu dalam kontak dengan individu individu lainya, kontak antara masyarakat satu dengan yang lain, kontak antara negara satu dengan negara yang lain. Studi Sosiologi menegaskan setiap individu itu dilahirkan dan dibesarkan oleh masyarakat serta individu-individu itu dalam hidupnya di masyarakat selalu mengidentifikasikan dirinya dengan pola tingkah laku dan kebudayaan masyarakat.
Dan situasi Interaksi adalah situasi hubungan sosial. Maka dapat dikatakan bahwa manusia itu memasyarakatkan diri, atau dengan perkataan lain manusia membudayakan diri, dan permasyarakatan pembudayaan ini tidak akan habis-habisnya sampai akhir zaman.
Macam-macam Interaksi Sosial:[28]
1.      Dilihat dari sudut subjeknya, ada tiga macam Interaksi Sosial yaitu:
a.       Interaksi antara orang perorangan
b.      Interaksi antar orang dengan kelompoknya dan sebaiknya
c.       Interaksi antar kelompok
2.      Dilihat dari segi caranya, ada 2 macam interksi sosial:
a.       Interksi langsung (Dirrect Interction) yaitu interaksi fisik, seperi berkelahi, hubungan seks/kelamin dan sebagainya.
b.      Interksi simbolik (Symbolik Interaction), yaitu interakasi dengan mempergunakan bahasa (lisan/tertulis) dan simbol-simbol lain (isyarat) dan lain sebagainya.
3.      Menurut bentuknya, Selo Sumardjan membagi interaksi menjadi empat, yaitu:
a.       Kerjasama (coopertion)
b.      Persaingan (competition)
c.       Pertikaian (conflict)
d.      Akomodasi (accomodation) yaitu bentuk penyelesaian dari pertikaian

DAFTAR PUSTAKA
Abu Ahmadi, Sosiologi Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 2007.
Ary H. Gunawan, Sosiologi Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 2000.
Dadang Kahmad, Sosiologi Agama, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006.
M. Elly Setiadi, Ilmu Sosial dan Budaya Dasar, Jakarta: Kencana, 2008.
Munandar Soelaeman, Ilmu Sosial Dasar, Teori dan Konsep Ilmu Sosial, Bandung: PT Rineka Aditama, 2009.
Paul B. Horton dan Chester L. Hunt, Sosiologi Jilid I Edisi Keenam, Jakarta: Erlangga, 1984.
Pius A Partanto dan M. Dahlan Al Barry, Kamus Ilmiah Populer, Surabaya: Arkola, 2000.
Piötr Sztompka, Sosiologi Perubahan Sosial, Jakarta: Prenada, 2010.
Syarifuddin Jurdi, Sosiologi Islam Elaborasi Pemikiran Sosial Ibn Khaldun, Yogyakarta: Teras, 2008.
S. Nasution, M. A, Sosiologi Pendidikan, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2004.



[1] Munandar Soelaeman, Ilmu Sosial Dasar, Teori dan Konsep Ilmu Sosial, (Bandung: PT Rineka Aditama, 2009), Hal.6.
[2] Abu Ahmadi, Sosiologi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2007), Hal. 3.
[3] Piötr Sztompka, Sosiologi Perubahan Sosial, (Jakarta: Prenada, 2010), Hal. 16.
[4] Abu Ahmadi, Sosiologi Pendidikan., Hal. 1.
[5] Abu Ahmadi, Sosiologi Pendidikan.,  Hal. 5-6.
[6] Abu Ahmadi, Sosiologi Pendidikan., Hal 6-7.
[7] S. Nasution, M. A, Sosiologi Pendidikan, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2004), Hal. 126
[8] Pius A Partanto dan M. Dahlan Al Barry, Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya: Arkola, 2000).
[9] Ary H. Gunawan, Sosiologi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), Hal. 45.
[10] Syarifuddin Jurdi, Sosiologi Islam Elaborasi Pemikiran Sosial Ibn Khaldun, (Yogyakarta: Teras, 2008), Hal. 1-2.
[11] Paul B. Horton dan Chester L. Hunt, Sosiologi Jilid I Edisi Keenam, (Jakarta: Erlangga, 1984),  Hal. 14.
[12] M. Elly Setiadi, Ilmu Sosial dan Budaya Dasar, (Jakarta: Kencana, 2008), Hal. 99.
[13] Ary H. Gunawan, Sosiologi Pendidikan., Hal. 46.
[14] Abu Ahmadi, Sosiologi Pendidikan, Hal. 14.
[15] Abu Ahmadi, Sosiologi Pendidikan., Hal. 21.
[16] Abu Ahmadi, Sosiologi Pendidikan., Hal. 9-10.
[17] Abu Ahmadi, Sosiologi Pendidikan., Hal. 10.
[18] Abu Ahmadi, Sosiologi Pendidikan., Hal. 11.
[19] Ary H. Gunawan, Sosiologi Pendidikan., Hal. 51-53
[20] S. Nasution, Sosiologi Pendidikan., Hal. 2-4.
[21] Dadang Kahmad, Sosiologi Agama, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), Hal. 9-10.
[22] S. Nasution, Sosiologi Pendidikan., Hal. 6-7
[23] Abu Ahmadi, Sosiologi Pendidikan., Hal. 26.
[24] Abu Ahmadi, Sosiologi Pendidikan.,  Hal. 30.
[25]Abu Ahmadi, Sosiologi Pendidikan.,  Hal. 40
[26] Abu Ahmadi, Sosiologi Pendidikan., Hal. 43.
[27] Abu Ahmadi, Sosiologi Pendidikan., Hal. 46.
[28] Ary H. Gunawan, Sosiologi Pendiddikan, Hal. 32-33.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar