Minggu, 27 November 2011

Ibu.. apa salahku? (Padahal diriku belum melihat wajahmu)


            Ibu.. waktuku 9 bulan 10 hari, dengan waktu selama itu aku telah siap untuk hadir di dunia ini. Semenjak pertemuan antara ovum ibu dan sperma ayah, aku telah menunggu. Setelah beberapa waktu akhirnya jiwaku ditiupkan ke wadah yang siap menampungku, yaitu rahimmu ibu. Akhirnya dengan ijin Allah jantungku waktu itu berdetak. Berdetak dengan teratur dan lembut.
            Setiap bergulirnya waktu, dari bulan ke bulan berikutnya aku semakin bersemangat ibu. Aku semakin menyiapkan diriku agar kelak pada waktunya lahir, aku lahir dengan keadaan yang sehat dan kuat. Tentu ibu tidak menginginkan anaknya lahir penyakitan atau prematur kan.
            Usiaku masuk 8 bulan di dalam kandunganmu, aku sudah dapat mendengar suaramu ibu. Akupun dapat melihat cahaya terang di luar sana. Walaupun aku masih di tempat perlindungan sementara dalam perutmu ibu, aku dapat melakukan itu. Ibu.. aku semakin tidak sabar menunggu kelahiranku.
            Semakin berlalunya waktu, aku mulai bisa menggerak-gerakkan sebagian anggota tubuhku. Aku mulai mengedor-ngedor dinding pembantasku dengan dunia di luar sana. Aku senang sekali bu.
            Tapi... apa yang terjadi ibu, disaat diriku semakin aktif menggerakkan tubuhku. Kudengar dirimu memaki, kadang kala kudengar dirimu menangis, kadang kala kudengar dirimu bertengkar dengan seseorang –yang kuyakini adalah ayahku-,  aku bingung. Ada apa denganmu ibu?.
            Hal yang tak pernah kuduga akhirnya terjadi. Ibu.. kenapa kau melakukan itu?, kenapa kau mengaborsikan diriku?, kenapa bu... kenapa...??
            Padahal aku ingin melihat dunia, aku ingin sekali melihat matahari, rembulan, awan, bintang, dan lautan. Aku juga ingin merasakan dinginnya es, panasnya api, dan semilir angin yang menghembuskan rambutku.
            Hiks... apa salahku...? apa salahku...?
Apakah diriku tidak diterima olehmu...?
Apakah aku tidak pantas memanggilmu dengan panggilan ‘ibu’...?
Ibu... kau mengeluarkan diriku secara paksa, padahal kau tahu diriku belum siap hadir di dunia. Belum genap 9 bulan, aku sudah keluar dari rahimmu. Bukannya fasilitas oksigen yang kau sediakan untuk menyambut kehadiranku, melainkan dekapan tangan kasar membengkap jalur nafasku. Aku panik, aku tak bisa membela diri.
Hanya berselang 45 detik, hadirku di dunia. Kau telah membunuhku, ya membunuhku.
Padahal tahukah ibu... aku mempunyai cita-cita yang sangat tinggi jika diriku hadir di dunia nanti. Aku ingin membahagiankanmu..... Aku akan menjadi anak yang sholeh, mengejar ilmu setinggi-tingginya. Lalu aku akan membeli sebuah rumah yang besar dan indah, lengkap dengan pembantu-pembantunya yang siap siaga 24 jam. Semua itu akan kulakukan untukmu ini... Seandainya.
Kini... semua itu hanyalah pengharapan hampa. Ini semua karenamu ibu.. karenamu... Aku gagal memenuhi harapan yang telah kurencanakan.
Padahal, biarkan saja diriku lahir pada waktunya. Jika dirimu tidak mau merawatku, tidak apa-apa ibu.. tidak apa-apa... titipkan saja diriku di panti asuhan. Saat besar nanti, aku janji tidak akan mencarimu ibu.
Ibu... kenapa kau lakukan itu? padahal aku belum melihat melihat wajahmu. Ibu... aku ingin melihat dunia, hanya itu inginku... hanya itu...
Ibu aku anakmu....

Np: Tulisan ini kurangkai untuk menyadarkan calon ibu dan para ibu, yang telah atau merencanakan dengan kejam untuk mengaborsikan anak-anak mereka. Mudahan semuanya sadar bahwa anak/bayi adalah karunia bukannya petaka. Stop ilegal aborsi.
Presented by: Rabian Syahbana

Tidak ada komentar:

Posting Komentar