"Jika kau ingin selalu menjadi yang TERDEPAN, maka PANTASKANLAH dirimu untuk mendapatkannya" -RaSyBa-
Jumat, 11 September 2015
Jumat, 04 September 2015
Kun Anta (Jadilah Diri Sendiri)*
By: RaSyBa
Apakah kita menyadari saat terlalu mengidolakan
seseorang, tanpa mengenal baik atau buruknya itu, kita tanpa sengaja meniru
penampilan dan aksesoris dari idola kita. Saat kita melakukan hal tersebut,
kita merasa bangga. Kita merasa jika berhasil meniru orang tersebut kita telah
mendapatkan keberuntungan.
Tapi tahukah kita saat kita berhasil melakukannya, kita
akan kehilangan sesuatu yang penting?. Kita kehilangan diri kita sendiri.
Karena dengan meniru orang lain, kita membuang jati diri kita. Yang kita tiru dari
idola kita hanyalah penampilan luarnya. Penampilan luar tidak mesti menunjukkan
kepribadian seseorang.
Opini: Efisiensi Sebuah Nama pada Diri Manusia
Oleh: Rabian
Syahbana S.Pd.I
Pemerhati
Sosial dan Agama
Belum lama ini kita dihebohkan oleh nama asli seseorang yang
bisa dikatakan lain dari yang lain. Malahan kalau kita maknai penggunaan nama
tersebut tidak untuk menamakan seorang manusia. Nama-nama yang keliru digunakan
oleh manusia salah satunya adalah Tuhan. Seperti yang kita pahami Tuhan adalah
‘sebutan’ kita untuk memanggil Sang Maha Pencipta dan kita menyembahnya. Jika
nama Tuhan digunakan sebagai nama seseorang maka ‘esensi’ dari kesakralan nama
Tuhan menjadi hal yang biasa. Dan orang yang menyandang nama tersebut
seakan-akan ‘lebih’ dari yang lainnya, seperti tidak ada tandingannya padahal
ia sama dengan kita, sama-sama manusia.
Opini: Pro Kontra Islam Nusantara
Oleh: Rabian
Syahbana
Pemerhati
Agama dan Sosial
Pemunculan istilah Islam Nusantara yang diklaim sebagai
ciri khas Islam di Indonesia yang mengedepankan nilai-nilai toleransi dan
bertolak belakang dengan 'Islam Arab' telah menimbulkan pro dan kontra di
kalangan penganut Islam di Indonesia. Walaupun dianggap bukan istilah baru,
istilah Islam Nusantara belakangan telah dikampanyekan secara gencar oleh ormas
Islam terbesar di Indonesia, Nahdlatul Ulama, NU. Nahdlatul Ulama (NU) baru
saja menggelar Muktamar ke-33 tahun
di Jombang, Jawa Timur. Gelaran yang sudah dimulai sejak 1 Agustus hingga 5
Agustus 2015 itu mengusung tema utama “Meneguhkan Islam Nusantara untuk Peradaban Indonesia dan
Dunia”. Tentu saja, Konsep Islam Nusantara ini mendapatkan
banyak tanggapan dan reaksi dari kalangan tokoh dan masyarakat terlebih para
ulama yang selalu mendakwahkan Islam.
Opini: Toleransi Beragama, Perlukah?
Alhamdulillah.. setelah sekian lama akhirnya opiniku terbit juga di Bangka Pos edisi hari selasa tanggal 21 Juli 2015.
Berikut isi dari opini yang saya tulis:
Toleransi Beragama, Perlukah?
Oleh: Rabian
Syahbana, S.Pd.I
Pemerhati Agama
dan Sosial
Isu
agama seakan tak ada habisnya, saat sebuah isu yang terdahulu mulai
‘terlupakan’ oleh waktu dan saat orang-orang mulai merasa damai saat
bersama-sama, muncul lagi isu baru yang membuat rasa heran dan bingung kenapa
terjadi lagi dan lagi. Baru-baru ini di Papua sana, di sebuah daerah Timur
negara Indonesia konflik antar agama terjadi. Muslim di Tolikara yang hendak
melakukan shalat Id Fitri diserang oleh puluhan orang. Aksi penyerangan
tersebut bisa dikatakan nekat dikarenakan pelaksanaan shalad Id disana dijaga
oleh pihak kepolisian. Penyerangan tersebut mengakibatkan kerusakan yang cukup
parah, sebuah masjid, beberapa rumah dan kios warga disana dibakar oleh massa yang
menyerang. Beberapa muslim disana juga mendapatkan luka bakar karena kejadian
tersebut. Selain dari pihak muslim, korban juga ada yang dari pihak penyerang,
satu dari mereka tewas dan beberapa terluka. Hal ini sungguh disesalkan
dikarenakan jika pihak yang menyerang juga sampai terluka perlukah aksi
penyerangan tersebut menjadi kebenaran atas tindakan mereka.
Langganan:
Postingan (Atom)