Meraung
sepi dalam keadaan, ku terjebak diantara dua pilihan yang sama sekali tak bisa
ku menangkan. Apa aku harus mengalah dan mati sebagai pecundang yang nanti
jenazahnya tergeletak di pinggir jalan, membusuk dalam pengasingan. Jika aku mempunyai
kekuatan itu maka aku takkan terpukul mundur begitu jauh. Aku membutuhkan
kekuatan tapi tubuh ini telah ringkih dimakan fitnah. Setiap orang memandangku
dalam kenistaan, semua kebaikan dan prestasiku kini hanya untukku seorang.
Takkan ada lagi orang yang mengangkatku tinggi-tinggi ke langit karena
keberhasilanku. Aku telah tenggelam dalam lumpur dunia.
Walau kini
ada pilihan tapi aku seakan-akan tak mampu meraihnya. Seperti menangkap angin
dengan tangan, hanya harapan tanpa ada kepastian. Sekarang ku hanya bisa
bersyukur masih mampu bertahan. Walau perahu yang ku naiki selalu diterjang
badai dan menunggu waktu pecah diterjang karang. Aku hanya bisa memasrahkan
semuanya pada yang dinamakan takdir.
By: RaSyBa (24 Februari
2015)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar