Selasa, 25 Agustus 2015

Hari Kelahiran Anak Kami

-          Tanggal 26 Juli 2015
Hari ini aktivitas berlangsung seperti biasanya, aku dan istriku masih keluar jalan-jalan menggunakan motor. Memang ada rasa khawatir dikarenakan wanita hamil yang umur kelahirannya sama dengan istriku sudah melahirkan semua, rasanya hanya tinggal istriku aja yang belum lahiran. Hari ini aku puasa, membayar puasa ramadhan yang aku tinggalkan dikarenakan sakit selama empat hari dan mesti diopname di rumah sakit. Tanda-tanda kelahiran anak kami mulai tampak yaitu keluar air dari bawah istriku, walau tak intens dan banyak. Paginya memang kami menyempatkan diri ke bidan terdekat untuk menanyakan kenapa bisa terjadi. Hasil pemeriksaan menyatakan mungkin itu kembang air, air yang biasa keluar saat hamil tua. Bidan menganjurkan untuk di usg agar memastikan apa air itu air ketuban atau bukan, tapi dikarenakan hari ini hari minggu jadi kami tidak bisa mengeceknya. Bidan juga menawarkan untuk induksi, tapi istriku menolak.

Pada waktu magrib saat aku berbuka puasa, air tumpah dari bawah istriku, banyak banget. Baunya sih air ketuban (pengalaman dulu saat masih bekerja di SPGDT), tapi istriku mengatakan ia tidak mules. Aneh, karena kalau itu air ketuban pasti rasa mulesnya sudah datang. Untuk jaga-jaga aku membawa istriku ke rumah sakit umum Depati Amir Pangkalpinang.
Saat masuk ke ruang UGD khusus kebidanan, di test istriku masih pembukaan satu, tapi bidan yang jaga saat itu mengatakan bahwa air ketuban istiku sudah mulai habis. Nah lo... ku khawatir. Setelah observasi istirku dibawa ke ruangan mawar, ruang khusus kebidanan di rumah sakit. Merrtuaku ikut serta saat kami di rumah sakit. Aku juga memberitahu kedua orangtuaku bahwa kami sekarang sudah di rumah sakit.
Nah, sehabis  isya istriku mulai merasakan kontraksi melahirkan yang intens. Setiap sekitaran lima menit istriku kontraksi. Rasa sakit terpancar di wajahnya setiap kali kontraksi terjadi. Mamakku, metuaku yang perempuan, dan tante-tantenya mulai berdatangan mendampingiku menjaga istriku. Bidan jaga yang di rumah sakit banyak teman istriku jadi mereka juga turut membantu, penjaga ruangan juga tetangga di rumah ayah jadi ia juga turut membantu.
Jam sembilan malam datang, saat di cek istriku pembukaan berapa aku kaget karena dari tadi istriku masih pembukaan satu. Padahal kata tante-tanteku ciri-ciri istriku melahirkan sudah ada banget yaitu kontraksi yang semakin intens dan bulir-bulir keringat gede. Kontraksi yang dialami istriku terus berlangsung.
Jam 12 malam, pembukaan kehamilan istriku diperiksa lagi, ternyata masih saja pembukaan satu. Aku benar-benar bingung, kemungkinan kalau sudah gini jalur operasi yang dipilih. Istriku saja sudah capek pake banget terus mengalami kontraksi, dia juga merayu anak kami agar keluar lewat kata-katanya “ayo.. nak keluar nak”.

-          27 Juli 2015
Jam 3 pagi, istriku kembali diperiksa pembukaan lahirannya dan ternyata masih pembukaan satu. Kami sudah pasrah, pilihan operasi adalah yang terbaik, istriku juga sudah kelihatan tenaganya sudah habis. Subuhnya aku menandatangani ijin operasi cesar untuk istriku. Operasi cesar akan dilaksanakan jam sembilan pagi. Saat menunggu jam sembilan pagi kami tetap berharap istriku dapat melahirkan dengan normal. Tapi takdir berkata lain sampai jam sembilan, pembukaan istriku tidak mengalami kemajuan. Aku juga ijin tidak masuk kerja hari ini dikarenakan harus menemani istriku. Sebelum operasi ternyata istriku butuh donor darah dikarenakan kadar Hbnya yang rendah. Untung saat aku menghubungi PMI kota Pangkalpinang masih ada satu stok kantong darah. Akupun minta tolong adikku Rosa untuk mengurusnya dan mengambilnya dikarenakan aku harus mengawali proses operasi istriku. Jam sembilan lewat istriku dibawa ke ruang operasi, kami semua memberi semangat untuk istriku. Sayangnya aku tidak diijinkan masuk ke dalam ruangan operasi dikarenakan aturan. Dan aku juga harus mengambil obat untuk keperluan operasi di apotik. Saat aku kembali, mertuaku yang laki-laki mengatakan anakku sudah lahir. Alhamdulillah senangnya hatiku, ternyata proses operasi untuk mengeluarkan anakku tidak memakan waktu lama. Aku pun segera bergegas ke ruangan mawar kembali untuk melihat anakku. Dibalut dengan bedong warna pink, anakku terlihat sangat manis disana. Matanya terbuka memperhatikan sekelilingnya. Seorang wanita kecil lahir sebagai anak aku dan istriku, aku menggendongnya dan membacakan iqomah, al fatihah, al ikhlas, al alaq, an nash, dan shalawat untuknya. Aku dan keluarga yang lain bersuka cita menyambut kelahiran anakku. Anak kami yang lahir bertepatan pada tanggal 11 Syawal 1436 H.
Istriku masih di ruangan operasi, ternyata memakan waktu yang lebih lama untuk istriku. Ada sekitaran 30-menit lebih baru istriku keluar dari tempat operasi. Di ruangan yang sama dengan anakku, istriku dikasih donor darah dan untuk pertama kalinya ia melihat anak kami.
Dikarenakan istriku melahirkan secara operasi kami baru bisa keluar dari rumah sakit tiga hari kemudian karena butuh pengawasan insentif untuk istriku dan anak kami.
Kami juga sudah menemukan nama yang tepat untuk anak kami, setelah perundingan yang dari dulu kami lakukan, kami sepakat menamakan putri pertama kami gabungan bahasa Jepang dan Arab dengan nama Hikari El Saffanah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar