Kamis, 24 Maret 2011

Dilema Seorang Ibu


Udah seminggu gw selalu bangun pagi dengan kepala pusing. Kalo dipikir-pikir, gw sekarang lebih sering bobo di bawah jam 10, tapi tetep aja pas bangun ni kepala senut-senut gak karuan. Gw sebenernya tau penyebab kepala gw selalu pusing akhir-akhir ini. Kalo masalah keuangan sih udah biasa gw pikirin, ampe ni otak udah kebal buat ngatur utang (bukan duit). Tapi masalah yang satu ini istilah ngawurnya worther than money.
Kepusingan gw ini, diawali dengan kegembiraan luar biasa ketika membaca invitation dari KNUA Korea untuk dosen seni UNJ yang berstatus pegawai negeri sipil (termasuk di antaranya gw) mengenai beasiswa master di Korea, full scholarship, bener-bener free of charge. Beasiswa ini menawarkan study master untuk craft (bidang GW!) selama 2 tahun gratis, berangkat september 2007, namun tidak boleh membawa anggota keluarga,kecuali dengan biaya sendiri.
Hari pertama, gw merasa sangat lucky dan antusias, gw heboh tanya sana sini untuk dapetin beasiswa tersebut. Kata temen-temen gw yang single "Udah na ambil aja... gilee kapan lagi ada yang segampang dan secepet ini! gw aja udah apply 5 kali gak tembus-tembus" tapi kata temen-teman gw yang ibu-ibu: "Mbak Nana inget lo, jangan grusa grusu, mbak nana kan punya anak, punya suami, kalo menurut saya kok mbak nana mending ambil master di UI aja pakai beasiswa UNJ atau beasiswa BPPS..." Dalam hati gw mikir:
"Ni ibu-ibu resek banget, gak ngertiin tren jaman sekarang, sekolah harus setinggi mungkin, harus dapet banyak pengalaman, masak gw sekolah di Indonesia lagiiii... addduuuuhh. Soal anak ama suami mah gampannnnggggggggggggg" Anak dan suami bisa ditinggal sementara. Ntar Jarot (Suami gw) bisa nyusul taun depan kalo gw punya uang lebih then... Gw sibuk mendownload formulir-formulir yang diperlukan, plus mempersiapkan arsip-arsip yang mereka butuhin, ijazah S1,transkrip nilai,cv, piagam-piagam penghargaan..... Tiba-tiba gw keinget satu hal. "Keluarga". gw inget kata ibu-ibu itu...
Oh my God, gw SOK lupa bahwa gw sekarang punya anak umur sebelas bulan yang masih minum ASI, gw juga lupa bahwa gw punya suami yang baru aja pindah kerja, baru aja bersenang-senang dan bersusah-susah ngerintis karirnya di sebuah perusahaan kecil pinggir kali, sebagai manajer kreatif. Gw lupa bahwa gw punya tugas untuk bayar cicilan mobil keluarga kami yang masih 22 bulan lagi. Gw lupa bahwa gw harus bantuin suami gw bayar cicilan rumah selama 8 tahun 10 bulan lagi. Gw lupa bahwa gw harus ngurus bisnis kecil gw yang punya 9 pegawai yang udah gw anggep keluarga gw sendiri.
Kalo gw berangkat berarti anak gw putus ASI, harus dititipin ke mertua gw ato nyokap gw (karena suami gw pulang kantor di atas jam 8 malam,dan sabtu jg ngantor), mungkin gw harus jual salah satu (rumah ato mobil) karena suami gw cuman bisa afford salah satu dengan gajinya. Dan yang paling parah, gw harus nutup bisnis gw, memPHK ke sembilan pegawai workshop gw, padahal gw tau banget bahwa mereka butuh kerjaan. That's too much.... too much risk.... too much pain Suddenly kakak gw yang lagi sekolah S3 di Inggris telpon gw.... pas banget. gw lagi bingung
"Nana, kowe pikir-pikir lagi deh kalo mau sekolah di luar negeri, orang liat sih memang keren, tapi di sini tu nggak enak. Paling gak enak kalo kamu berangkat dengan ninggalin orang-orang yang kamu sayangin. Kamu ninggalin anakmu di Indonesia selama 2 tahun, pulang-pulang anakmu udah gede. Itu sama sekali gak bisa diganti. Gak akan pernah bisa diganti. Aku udah ngalamin, aku udah ngerasain. GAK ENAK BANGET, gak worth it". Seharian gw diem gak ngapa-ngapain, gak nyiapin dokumen lagi, gak makan, gak ngurusin dagangan, gak megang kalkulator (ni alat favorit gw), gak ngurusin anak gw. Gw cuman nonton fashion tv dan kadang-kadang mindah saluran ke v -channel. tapi tetep aja blank.
Sedih sih pasti, tapi kayaknya lebih sedih lagi kalo gw maksain buat daftar dan berangkat. it will hurts everybody..... Jesse will forget me and he could not forgive me someday. Gw coba buka lagi visi gw ke depan (gw hobi banget nulis2 planning dan visi gw ke depan di atas selembar kertas) setelah punya jesse, gw dan suami punya rancangan hidup jangka pendek dan jangka panjang.
Rencana jangka pendek gw adalah: pada umur 30 tahun rumah kami harus sudah lunas, punya 2 mobil berumur kurang dari 5 tahun, sudah lunas dua-duanya, serta punya 2 motor untuk transportasi jarak dekat. Setelah umur 30, kami tidak punya hutang sama sekali, pendapatan kami dipakai untukmembangun rumah kost, rumah kontrakan,bikin warteg dan beli ruko.
Semuanya realistis karena kami berdua bekerja penuh semangat dan Alhamdulillah sampai saat ini semua cicilan masih teratasi. Kpr rumah akan dipidah jadi 5 tahun, berarti umur 30, rumah sudah lunas. Mobil 2 tahun lagi lunas (InsyaAllah habis itu ambil 1 lagi). Motor udah ada 1, berarti tinggal 1 lagi...
Rencana jangka panjang gw pengen pensiun dengan tenang dan ninggalin banyak bidang usaha untuk anak gw kalo suatu hari kami berdua udah dipanggil ama yang di atas. Tapi kalau gw pergi sekolah lagi..................... Wah berantakaaaaaannn semua... terutama rencana jangka pendek gw yang akan sangat mendukung rencana jangka panjang gw. Hhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhrrrrrrrr.....
Gw pernah baca di sebuah buku, wanita emang lebih complicated di banding pria. secara sosial, wanita memiliki hubungan emosional mendalam terhadap orang-orang di sekitarnya, wanita juga sangat manusiawi dan holistik dalam memandang sebuah masalah. Seorang wanita dapat dengan mudah menghapus ambisi dan egonya ketika ia dibutuhkan keluarganya. bener banget. dan itu terjadi pada gw. I love my family, more than anything in the world even my dream  Anak gw sekarang udah bisa ngomong dikit-dikit meski umurnya baru sebelas bulan, dan gw inget, kmarin dia ngomong: "Mamam tacang......" it means ..."Mama sayang...." I love you too jesse, my son ..............
Gw yakin kalo besok pagi kepala gw udah ga pusing lagi. bener kata kakak gw " GAK WORTH IT, NA..." Jesse: "Mamam tacang....." Nana: "Mamam tacang is here,Hunny.......always beside you..." Berjalan dengan keong Tuhan memberiku sebuah tugas, yaitu membawa keong jalan-jalan. Aku tak dapat jalan terlalu cepat, keong sudah berusaha keras merangkak. Setiap kali hanya beralih sedemikian sedikit.
Aku mendesak, menghardik, memarahinya, Keong memandangku dengan pandangan meminta-maaf, serasa berkata: "Aku sudah berusaha dengan segenap tenaga!" Aku menariknya, menyeret, bahkan menendangnya, keong terluka. Ia mengucurkan keringat, nafas tersengal-sengal, merangkak ke depan. Sungguh aneh, mengapa Tuhan memintaku mengajak seekor keong berjalan-jalan. Ya Tuhan! Mengapa? Langit sunyi-senyap. Biarkan saja keong merangkak didepan, aku kesal dibelakang. Pelankan langkah, tenangkan hati....
Oh? Tiba-tiba tercium aroma bunga, ternyata ini adalah sebuah taman bunga. Aku rasakan hembusan sepoi angin, ternyata angin malam demikian lembut. Ada lagi! Aku dengar suara kicau burung, suara dengung cacing. Aku lihat langit penuh bintang cemerlang. Oh? Mengapa dulu tidak rasakan semua ini? Barulah aku teringat, Mungkin aku telah salah menduga!
Ternyata Tuhan meminta keong menuntunku jalan-jalan sehingga aku dapat mamahami dan merasakan keindahan taman ini yang tak pernah kualami kalo aku berjalan sendiri dengan cepatnya. "He's here and with me for a reason" Saat bertemu dengan orang yang benar-benar engkau kasihi, Haruslah berusaha memperoleh kesempatan untuk bersamanya seumur hidupmu. Karena ketika dia telah pergi, segalanya telah terlambat.
Saat bertemu teman yang dapat dipercaya, rukunlah bersamanya. Karena seumur hidup manusia, teman sejati tak mudah ditemukan. Saat bertemu penolongmu, Ingat untuk bersyukur padanya. Karena ialah yang mengubah hidupmu saat bertemu orang yang pernah kau cintai, Ingatlah dengan tersenyum untuk berterima-kasih. Karena ia lah orang yang membuatmu lebih mengerti tentang kasih. Saat bertemu orang yang pernah kau benci, Sapalah dengan tersenyum. Karena ia membuatmu semakin teguh / kuat.
Saat bertemu orang yang pernah mengkhianatimu,Baik-baiklah berbincanglah dengannya. Karena jika bukan karena dia, hari ini engkau tak memahami dunia ini. Saat bertemu orang yang pernah diam-diam kau cintai, Berkatilah dia. Karena saat kau mencintainya, bukankah berharap ia bahagia? Saat bertemu orang yang tergesa-gesa meninggalkanmu, Berterima-kasihlah bahwa ia pernah ada dalam hidupmu. Karena ia adalah bagian dari nostalgiamu
Saat bertemu orang yang pernah salah-paham padamu, Gunakan saat tersebut untuk menjelaskannaya. Karena engkau mungkin hanya punya satu kesempatan itu saja untuk menjelaskan. Saat bertemu orang yang saat ini menemanimu seumur hidup, Berterima-kasihlah sepenuhnya bahwa ia mencintaimu. Karena saat ini kalian mendapatkan kebahagiaan dan cinta sejati.. Berteriak..
Suatu ketika di sebuah sekolah, diadakan pementasan drama. Pentas drama yang meriah, dengan pemain yang semuanya siswa-siswi disana. Setiap anak mendapat peran, dan memakai kostum sesuai dengan tokoh yang diperankannya. Semuanya tampak serius, sebab Pak Guru akan memberikan hadiah kepada anak yang tampil terbaik dalam pentas. Sementara di depan panggung, semua orangtua murid ikut hadir dan menyemarakkan acara itu.
Lakon drama berjalan dengan sempurna. Semua anak tampil dengan maksimal. Ada yang berperan sebagai petani, lengkap dengan cangkul dan topinya, ada juga yang menjadi nelayan, dengan jala yang disampirkan di bahu. Di sudut sana, tampak pula seorang anak dengan raut muka ketus, sebab dia kebagian peran pak tua yang pemarah, sementara di sudut lain, terlihat anak dengan wajah sedih, layaknya pemurung yang selalu menangis. Tepuk tangan dari para orangtua dan guru kerap terdengar, di sisi kiri dan kanan panggung.
Tibalah kini akhir dari pementasan drama. Dan itu berarti, sudah saatnya Pak Guru mengumumkan siapa yang berhak mendapat hadiah. Setiap anak tampak berdebar dalam hati, berharap mereka terpilih menjadi pemain drama yang terbaik. Dalam komat-kamit mereka berdoa, supaya Pak Guru akan menyebutkan nama mereka, dan mengundang ke atas panggung untuk menerima hadiah. Para orangtua pun ikut berdoa, membayangkan anak mereka menjadi yang terbaik.
Pak Guru telah menaiki panggung, dan tak lama kemudian ia menyebutkan sebuah nama. Ahha… ternyata, anak yang menjadi pak tua pemarah lah yang menjadi juara. Dengan wajah berbinar, sang anak bersorak gembira. “Aku menang…”, begitu ucapnya. Ia pun bergegas menuju panggung, diiringi kedua orangtuanya yang tampak bangga. Tepuk tangan terdengar lagi. Sang orangtua menatap sekeliling, menatap ke seluruh hadirin. Mereka bangga.
Pak Guru menyambut mereka. Sebelum menyerahkan hadiah, ia sedikit bertanya kepada sang jagoan, “Nak, kamu memang hebat. Kamu pantas mendapatkannya. Peranmu sebagai seorang yang pemarah terlihat bagus sekali. Apa rahasianya ya, sehingga kamu bisa tampil sebaik ini? Kamu pasti rajin mengikuti latihan, tak heran jika kamu terpilih menjadi yang terbaik..” tanya Pak Guru, “Coba kamu ceritakan kepada kami semua, apa yang bisa membuat kamu seperti ini..”.
Sang anak menjawab, “Terima kasih atas hadiahnya Pak. Dan sebenarnya saya harus berterima kasih kepada Ayah saya dirumah. Karena, dari Ayah lah saya belajar berteriak dan menjadi pemarah. Kepada Ayah lah saya meniru perilaku ini. Ayah sering berteriak kepada saya, maka, bukan hal yang sulit untuk menjadi pemarah seperti Ayah.” Tampak sang Ayah yang mulai tercenung. Sang anak mulai melanjutkan, “..Ayah membesarkan saya dengan cara seperti ini, jadi peran ini, adalah peran yang mudah buat saya…
Senyap. Usai bibir anak itu terkatup, keadaan tambah senyap. Begitupun kedua orangtua sang anak di atas panggung, mereka tampak tertunduk. Jika sebelumnnya mereka merasa bangga, kini keadaannya berubah. Seakan, mereka berdiri sebagai terdakwa, di muka pengadilan. Mereka belajar sesuatu hari itu. Ada yang perlu diluruskan dalam perilaku mereka.
***
Teman, setiap anak, adalah duplikat dari orang di sekitarnya. Setiap anak adalah peniru, dan mereka belajar untuk menjadi salah satu dari kita. Mereka akan belajar untuk menjadikan kita sebagai contoh, sebagai panutan dalam bertindak dan berperilaku. Mereka juga akan hadir sebagai sosok-sosok cermin bagi kita, tempat kita bisa berkaca pada semua hal yang kita lakukan. Mereka laksana air telaga yang merefleksikan bayangan kita saat kita menatap dalam hamparan perilaku yang mereka perbuat.
Namun sayang, cermin itu meniru pada semua hal. Baik, buruk, terpuji ataupun tercela, di munculkan dengan sangat nyata bagi kita yang berkaca. Cermin itu juga menjadi bayangan apapun yang ada di depannya. Telaga itu adalah juga pancaran sejati terhadap setiap benda di depannya. Kita tentu tak bisa, memecahkan cermin atau mengoyak ketenangan telaga itu, saat melihat gambaran yang buruk. Sebab, bukankah itu sama artinya dengan menuding diri kita sendiri?
Teman, saya ingin berpesan kepada kita semua, “Berteriaklah kepada anak-anak kita saat kita marah, maka, kita akan membesarkan seorang pemarah. Bermuka ketuslah kepada mereka saat kita marah, maka kita akan membesarkan seorang pembenci, dan biarkanlah mulut dan tangan kita yang bekerja saat kita marah, maka kita akan belajar menciptakan seorang yang penuh dengki…
Peran apakah yang sedang kita ajarkan kepada anak-anak kita saat ini? Contoh apakah yang sedang kita berikan kali ini? Dan panutan apakah yang sedang kita tampilkan? Teman, percayalah, mereka akan selalu belajar dari kita, dari orang yang terdekatnya, dari orang yang mencintainya. Merekalah lingkaran terdekat kita, tempat mereka belajar, menerima kasih sayang, dan juga tempat mereka meniru dalam berperilaku.
Saya berharap, bisa menjadi orang yang sabar saat melihat seorang anak
menumpahkan air di gelas yang mereka pegang. Saya berharap menjadi orang yang ikhlas, saat melihat mereka memecahkan piring makan mereka sendiri. Sebab, bukankah mereka baru “BELAJAR” memegang gelas dan piring itu selama 5 tahun, sedangkan kita telah mengenalnya sejak lebih 20 tahun? Tentu mereka akan butuh waktu untuk bisa seperti kita.

Sumber: Kisah-kisah motivasi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar