(Aku adalah pemeran antagonis)
Disinari sinar rembulan, disaksikan
jutaan bintang, menjadi awal kisah ini. Aku tidak menyangka akan menjalin
hubungan denganmu kekasihku. Perasaanku saat itu sangat indah dan luar biasa,
seluruh darah di tubuh ini seakan-akan mekar dan menghamburkan wangi-wangian
yang tercium ke seluruh jagad raya.
Tapi walau dunia mengakui hubungan
kita, tetap saja... tetap saja... aku adalah seorang penjahat. Penjahat yang
ditolak oleh segala kesepakatan hubungan kekasih antar umat manusia. Penjahat
yang tidak tahu malu bagaimana menjalin hubungan kasih. Penjahat yang telah
membuat seseorang wanita membagi sayangnya kepada orang lain.
Dalam sebuah sandiwara kehidupan aku
adalah pemeran antagonisnya, ya ... aku adalah penjahatnya. Manusia yang
terlihat di muka dunia sebagai sosok yang paling kejam dan dibenci oleh jagad
raya. Hadirku seakan-akan tidak diterima oleh masyarakat, aku tenggelam dalam
lumpur kesalahan dan terpaksa terjebak disitu selamanya.
Tapi salahkan aku.... salahkan....
jika aku ingin mendapatkan cinta.... salahkan jika rasa sayangku tumbuh
terhadap wanita yang sudah punya kekasih. Apa aku pantas dihukum,
karena memperjuangkan cinta yang ingin kudapatkan. Dunia.... katakan
sebenarnya... apakah benar aku ini bersalah.....?????
Sampai sekarang rasa bersalah ini
selalu menghantuiku. Apakah mempacari dirimu adalah tindakan terbodoh yang
pernah kulakukan...??. Walaupun setiap bertemu, dirimu selalu menunjukkan sikap
yang juga menyayaingiku. Tapi tetap aku semakin terpuruk dalam lautan
antagonis. Pernah sekali ku menghypnosismu untuk memastikan apakah benar dirimu
mencintaiku. Sungguh indah jawaban yang dirimu berikan kala itu, ternyata kamu
juga merasakan hal yang sama denganku yaitu perasaan cinta.
Tapi... walaupun dirimu sudah
mengatakan yang sebenarnya. Tetap saja aku meragukan cintamu. Kau tahu
kenapa....??
Karena kamu masih mempertahankan
cintamu terhadap kekasihmu yang terdahulu. Ingin ku meminta bahwa kau putuskan
saja dia dan menjalin hubungan denganku seorang. Tapi takkan ku lakukan itu,
dengan membuatmu membagi hati saja sudah membuatku menjadi pemeran antagonis
yang jahat. Apalagi dengan melakukan itu maka aku adalah pemeran antagonis yang
tak punya hati.
Aku memang bodoh, karena jatuh cinta
padamu. Tapi aku tidak pernah menyesal melakukannya, karena walaupun menjadi
penjahat diriku saat ini bahagia. Karena dapat melakukan apa yang aku inginkan.
Mendapatkan cintamu walau tak seutuhnya adalah salah satunya. Tahukah kamu aku
saat ini benar-benar sangat bahagia....
Seandainya aku gagal memilikimu
seutuhnya maka aku adalah pihak yang tak dianggap. Kisah akhir yang layak
diriku terima, dunia akan bersorak atas kekalahanku. Aku terpuruk dan takkan
ada yang mau tahu kisahku selanjutnya. Aku tercampakkan dan terkubur dalam
kegelapan yang terlupakan.
Tapi jika seandainya aku adalah pihak
yang menang. Pihak yang berhasil mendapatkanmu seutuhnya, maka aku akan hidup
dalam kecaman yang membadai. Pihak yang kukalahkan akan terus menghinaku,
meludahi kemenanganku dalam mendapatkanmu, dan akupun menjadi pihak yang selalu
disalahkan. Walau dalam hatiku bahagia, aku tetap peran antagonisnya. Akulah
pihak yang bertanggung jawab memisahkanmu darinya. Memisahkan hubungan kasih
yang telah bersamamu bertahun-tahun lamanya. Bandingkan dengan diriku yang
hanyalah pemeran baru dalam kehidupanmu.
Tahukan kamu apa yang namanya cinta
sejati..??
Sudah bertahun-tahun ku mencarinya,
sampai sekarang pengertian dari cinta sejati itu begitu banyak dan menyimpan
keindahan-keindahan di dalamnya. Tapi aku tidak bisa merangkainya menjadi kata
yang indah nan mendamaikan jiwa. Yang ku tahu cinta sejati adalah cinta yang
memperjuang cintanya hingga tetes darah terakhir. Dia tidak akan menyerah
hingga kekasih hatinya meninggalkannya.
Cinta.......
Kau tahu dengan cinta ini, aku tahu
dengan cintamu....
Ingin ku bertanya sampai kapankah
kisah ini akan berakhir, aku telah berkata siap menunggu jawaban akhirmu
tentang pilihan hidup. Tapi tetap saja hati ini tidak terima, hati ini menolak kalau
diriku nanti kalah.
Kalau dikatakan egois ya aku memang
egois, aku dianggap dunia sebagai pemeran anatagonis. Aku dituntut memerankan
peranku dengan sebaik-baiknya dan dunia seakan-akan menuntunku untuk kalah.
Jika itu benar-benar terjadi maka aku tidak tahu patahan seperti apa yang akan
melukai hati ini.
Cinta.....
Sudah terlambat untuk mengakhiri semua
ini, jalinan kasih sudah terjadi diantara kita. Walaupun ragaku terlihat tegar
dengan apa yang terjadi dan akan terjadi di kemudian hari, tapi tahukah kamu
apa yang aku rasakan. Hati ini sakit cinta... sakit.... aku membayangkan
kegagalanku, kekalahan yang akan menyekapku.
Cinta....
Saat ini aku hanyalah aku, aku tetap
akan membuktikan keseriusanku padamu. Walau nanti aku di pihak yang kalah aku tetap
akan mencintaimu. Walau dunia akan menertawakanku aku akan tetap tegar. Walau
sakit hati akan menggrogoti tubuh dan pikiran ini aku akan ikhlas dalam lumpur
keterpurukan. Kau tahu kenapa cinta kenapa aku berkata seperti ini, karena
denganmu aku merasakan yang namanya cinta sejati.
Dengan
hati yang bersalah ku rangkai kata ini, bukan untuk meyakinkanmu akulah yang
terbaik, karena dirimulah yang paling berhak menentukan siapa yang terbaik, aku
hanya membuktikan cintaku padamu. Janganlah marah apalagi membenciku, aku tak
mau dirimu juga merasakan apa yang kurasakan saat ini.
Aku
tak mau lagi mendengar dirimu menangis dengan hal yang bisa dihindari
sebelumnya. Aku takkan berpisah denganmu setidaknya sampai akhir pilihan,
karena aku hanyalah manusia yang selalu berharap. Saat ini aku adalah pemeran
antagonis, aku memang tak layak berharap banyak.
Cinta.....
Inilah
yang kurasakan saat ini. Dengarlah... tapi jangan salahkan cinta ini, biarkan
ia tetap mekar hingga penghujung waktu. Aku mencintaimu cinta.....
Nb:
Dengan hati yang berharap ku rangkai kata-kata ini.
By: RaSyBa
By: RaSyBa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar