Sabtu, 11 Februari 2012

Curhatan Sang Angin #1

(Aku adalah pemeran antagonis)
          Disinari sinar rembulan, disaksikan jutaan bintang, menjadi awal kisah ini. Aku tidak menyangka akan menjalin hubungan denganmu kekasihku. Perasaanku saat itu sangat indah dan luar biasa, seluruh darah di tubuh ini seakan-akan mekar dan menghamburkan wangi-wangian yang tercium ke seluruh jagad raya.
          Tapi walau dunia mengakui hubungan kita, tetap saja... tetap saja... aku adalah seorang penjahat. Penjahat yang ditolak oleh segala kesepakatan hubungan kekasih antar umat manusia. Penjahat yang tidak tahu malu bagaimana menjalin hubungan kasih. Penjahat yang telah membuat seseorang wanita membagi sayangnya kepada orang lain.
          Dalam sebuah sandiwara kehidupan aku adalah pemeran antagonisnya, ya ... aku adalah penjahatnya. Manusia yang terlihat di muka dunia sebagai sosok yang paling kejam dan dibenci oleh jagad raya. Hadirku seakan-akan tidak diterima oleh masyarakat, aku tenggelam dalam lumpur kesalahan dan terpaksa terjebak disitu selamanya.
          Tapi salahkan aku.... salahkan.... jika aku ingin mendapatkan cinta.... salahkan jika rasa sayangku tumbuh terhadap wanita yang sudah punya kekasih. Apa aku pantas dihukum, karena memperjuangkan cinta yang ingin kudapatkan. Dunia.... katakan sebenarnya... apakah benar aku ini bersalah.....?????
          Sampai sekarang rasa bersalah ini selalu menghantuiku. Apakah mempacari dirimu adalah tindakan terbodoh yang pernah kulakukan...??. Walaupun setiap bertemu, dirimu selalu menunjukkan sikap yang juga menyayaingiku. Tapi tetap aku semakin terpuruk dalam lautan antagonis. Pernah sekali ku menghypnosismu untuk memastikan apakah benar dirimu mencintaiku. Sungguh indah jawaban yang dirimu berikan kala itu, ternyata kamu juga merasakan hal yang sama denganku yaitu perasaan cinta.
     Tapi... walaupun dirimu sudah mengatakan yang sebenarnya. Tetap saja aku meragukan cintamu. Kau tahu kenapa....??
         Karena kamu masih mempertahankan cintamu terhadap kekasihmu yang terdahulu. Ingin ku meminta bahwa kau putuskan saja dia dan menjalin hubungan denganku seorang. Tapi takkan ku lakukan itu, dengan membuatmu membagi hati saja sudah membuatku menjadi pemeran antagonis yang jahat. Apalagi dengan melakukan itu maka aku adalah pemeran antagonis yang tak punya hati.
          Aku memang bodoh, karena jatuh cinta padamu. Tapi aku tidak pernah menyesal melakukannya, karena walaupun menjadi penjahat diriku saat ini bahagia. Karena dapat melakukan apa yang aku inginkan. Mendapatkan cintamu walau tak seutuhnya adalah salah satunya. Tahukah kamu aku saat ini benar-benar sangat bahagia....
          Seandainya aku gagal memilikimu seutuhnya maka aku adalah pihak yang tak dianggap. Kisah akhir yang layak diriku terima, dunia akan bersorak atas kekalahanku. Aku terpuruk dan takkan ada yang mau tahu kisahku selanjutnya. Aku tercampakkan dan terkubur dalam kegelapan yang terlupakan.
          Tapi jika seandainya aku adalah pihak yang menang. Pihak yang berhasil mendapatkanmu seutuhnya, maka aku akan hidup dalam kecaman yang membadai. Pihak yang kukalahkan akan terus menghinaku, meludahi kemenanganku dalam mendapatkanmu, dan akupun menjadi pihak yang selalu disalahkan. Walau dalam hatiku bahagia, aku tetap peran antagonisnya. Akulah pihak yang bertanggung jawab memisahkanmu darinya. Memisahkan hubungan kasih yang telah bersamamu bertahun-tahun lamanya. Bandingkan dengan diriku yang hanyalah pemeran baru dalam kehidupanmu.
          Tahukan kamu apa yang namanya cinta sejati..??
          Sudah bertahun-tahun ku mencarinya, sampai sekarang pengertian dari cinta sejati itu begitu banyak dan menyimpan keindahan-keindahan di dalamnya. Tapi aku tidak bisa merangkainya menjadi kata yang indah nan mendamaikan jiwa. Yang ku tahu cinta sejati adalah cinta yang memperjuang cintanya hingga tetes darah terakhir. Dia tidak akan menyerah hingga kekasih hatinya meninggalkannya.
          Cinta.......
          Kau tahu dengan cinta ini, aku tahu dengan cintamu....
          Ingin ku bertanya sampai kapankah kisah ini akan berakhir, aku telah berkata siap menunggu jawaban akhirmu tentang pilihan hidup. Tapi tetap saja hati ini tidak terima, hati ini menolak kalau diriku nanti kalah.
          Kalau dikatakan egois ya aku memang egois, aku dianggap dunia sebagai pemeran anatagonis. Aku dituntut memerankan peranku dengan sebaik-baiknya dan dunia seakan-akan menuntunku untuk kalah. Jika itu benar-benar terjadi maka aku tidak tahu patahan seperti apa yang akan melukai hati ini.
          Cinta.....
          Sudah terlambat untuk mengakhiri semua ini, jalinan kasih sudah terjadi diantara kita. Walaupun ragaku terlihat tegar dengan apa yang terjadi dan akan terjadi di kemudian hari, tapi tahukah kamu apa yang aku rasakan. Hati ini sakit cinta... sakit.... aku membayangkan kegagalanku, kekalahan yang akan menyekapku.
          Cinta....
          Saat ini aku hanyalah aku, aku tetap akan membuktikan keseriusanku padamu. Walau nanti aku di pihak yang kalah aku tetap akan mencintaimu. Walau dunia akan menertawakanku aku akan tetap tegar. Walau sakit hati akan menggrogoti tubuh dan pikiran ini aku akan ikhlas dalam lumpur keterpurukan. Kau tahu kenapa cinta kenapa aku berkata seperti ini, karena denganmu aku merasakan yang namanya cinta sejati.
Dengan hati yang bersalah ku rangkai kata ini, bukan untuk meyakinkanmu akulah yang terbaik, karena dirimulah yang paling berhak menentukan siapa yang terbaik, aku hanya membuktikan cintaku padamu. Janganlah marah apalagi membenciku, aku tak mau dirimu juga merasakan apa yang kurasakan saat ini.
Aku tak mau lagi mendengar dirimu menangis dengan hal yang bisa dihindari sebelumnya. Aku takkan berpisah denganmu setidaknya sampai akhir pilihan, karena aku hanyalah manusia yang selalu berharap. Saat ini aku adalah pemeran antagonis, aku memang tak layak berharap banyak.
Cinta.....
Inilah yang kurasakan saat ini. Dengarlah... tapi jangan salahkan cinta ini, biarkan ia tetap mekar hingga penghujung waktu. Aku mencintaimu cinta.....

Nb: Dengan hati yang berharap ku rangkai kata-kata ini.

By: RaSyBa

Tidak ada komentar:

Posting Komentar