Pembaca, sebenarnya tidak ada
kata terlalu muda ataupun terlalu tua untuk mencapai apa yang ingin Anda raih. Cobalah pertimbangkan kehidupan
orang-orang ini: George Burns memperoleh piala Oscar ketika usianya sudah
mencapai 80 tahun, Golda Meir menjadi Perdana Menteri Israel pada usia 71
tahun, Mozart baru berusia 7 tahun ketika komposisinya diterbitkan untuk
pertama kali, Moses mulai melukis ketika dia berusia 80 tahun.
Dia telah menyelesaikan lebih
dari 1.500 buah lukisan selama hidupnya, dan 25% dari lukisannya diselesaikan
ketika dia berusia 100 tahun, Benyamin Franklin menerbitkan surat
kabar ketika dia berusia 16 tahun, dan dia membantu menyusun kerangka UUD
Amerika Serikat ketika dia berusia 81 tahun.
Michaelangelo berusia 71 tahun
ketika dia mengukir Basilika St.Petrus, S.I. Hayakawa pensiun dari jabatannya
sebagai rektor Universitas San Fransisco ketika berusia
70 tahun, dan kemudian terpilih sebagai angggota Senat, Casey Stengel tidak
ingin pensiun dari jabatannya sebagai manajer N-Y Mats hingga dia mencapai usia
75 tahun.
Demikianlah soal usia,
semuanya adalah soal persepsi. Sayangnya, dalam hidup ini, soal usia ini, seringkali
kita jadikan alasan. Gagal, seringkali kita cari alasan pada
soal usia. Tidak mendapat kesempatan, seringkali pula usia yang dijadikan
alasannya. Memang saat ini banyak organisasi dan perusahaan yang membatasi usia
tertentu yang dianggap masih produktif. Ini adalah bagian dari aturan dalam
perusahaan. Namun, semuanya kembali kepada diri kita sendiri.
Apakah kita menerima begitu
saja aturan itu dan memberlakukannya dalam hidup kita? Kenyataannya, kita bisa
melanggar aturan usia ini dalam soal kesuksesan pribadi. Tua, bukanlah inti
masalahnya. Inti masalahnya adalah soal bagaimana kita mau belajar, berjuang,
menggali pengalaman serta membangun kebijaksaan dalam hidup.
Di usia berapa pun, kita punya
kesempatan mencoba, tidak perlu menyerah dan tetap punya peluang untuk sukses.
Sukses, akhirnya, ada pada keinginan dan usaha Anda, bukan pada usia kita.
Tak harus lemah. Siapa bilang bahwa tua harus lemah? Realita menunjukkan bahwa tua tidaklah
identik dengan lemah tak berdaya. Namun, acapkali kita mendengar bagaimana
orang yang sudah tua, menggunakan ketuaannya sebagai alasan untuk
ketidakproduktifann ya, untuk kealpaannya serta kekhilafannya.
Usia dalam kenyataannya
bukanlah suatu pengambat untuk meraih yang lebih tinggi. Usia pun bukan kendala
dalam hal karier dan kerja. Malahan, rambut putih adalah simbol kebijaksanaan
dan pengalaman yang sangat berharga. Orang Jepang sangat
menghargai senioritas. Jabatan tertentu di perusahaan Jepang kadang disediakan
hanya bagi mereka yang diprediksi telah berambut putih, lambang kematangan. Mereka percaya bahwa pengalaman akan membuat orang menjadi dewasa. Ada
tunjangan khusus bagi yang lama bekerja. Loyalitas dan usia, dihargai oleh mereka.
Celakanya, tidak semua orang
tua menjadi matang. Banyak orang yang tua secara usia, namun secara mental,
masih terbelakang. Orang ini tua secara badaniah namun sayang, kearifan serta
kematangan tidak menyertainya. Tak heran jika ada pepatah, banyak orang menjadi
tua tanpa pernah menjadi dewasa. Masalahnya, ketuaan tidaklah selalu samadengan
kematangan. Nah, bagaimana membangun jiwa yang terus-menerus muda?
Always have fun. Laughter is the best medicine. Mungkin humor dan gembira, tidaklah lantas
membuat penyakit dan permasalahan kita lenyap total. Tetapi dengan melihat
hidup dari sisi yang ceria, hidup terasa menjadi lebih nikmat. Lagipula, masalah hidup tidak pernah akan selesai. Ibarat gelombang,
setelah surut, akan muncul pasang yang lain. Tetapi hati yang gembira adalah
ibarat selancar yang membuat kita dapat menjalani segala pasang surut lautan
kehidupan dengan rasa damai. Itulah sebabnya mereka yang berusia
panjang, cenderung memiliki rasa humor yang baik dalam hidupnya.
Hidup kini dan di sini. Kehidupan bukanlah melulu soal usia. Bruce Lee membuktikan bahwa meskipun
hidupnya pendek, namun dia dikenang dengan kontribusinya yang luar biasa bagi
martial arts, seni bela diri. Itu sebabnya asalah satu
rahasia awat muda yang lain adalah menikmati hidup kini dan di sini. Kuncinya
terletak pada kerelaan kita
melepaskan masa lampau serta tidak terlalu banyak khawatir akan masa depan. Seperti kata Bruce Lee, “Yang penting bukanlah seberapa panjang Anda hidup. Tetapi bagaimana Anda hidup itulah yang penting”. Nikmatilah tarikan napas Anda sekarang, itulah realita terpenting saat ini.
melepaskan masa lampau serta tidak terlalu banyak khawatir akan masa depan. Seperti kata Bruce Lee, “Yang penting bukanlah seberapa panjang Anda hidup. Tetapi bagaimana Anda hidup itulah yang penting”. Nikmatilah tarikan napas Anda sekarang, itulah realita terpenting saat ini.
Fisik dan mental. Jangan membiarkan pikiran ataupun fisik menjadi terlalu lama beristirahat
dan diam. Janganlah fisik kita, pikiran yang terlalu lama didiamkan pun akhirnya akan melemah. Konon, sumber penurunan daya otak yang terpenting adalah karena membiarkan
otak kita tidak bekerja sama sekali, atropi. Fisik kita pun mestinya senantiasa
bergerak pula. Para dokter dan paramedis tahu, jika fisik dibiarkan terlalu
lama di suatu tempat tanpa bergerak maka akan mulai muncul borok di
badan.
Kenyataan pula, mereka yang
berusia panjang ternyata masih memiliki kesibukan dan masih menyibukkan diri
dengan berbagai kegiatan di usianya yang telah menjelang Maghrib.
Jadi, benarlah kata iklan yang berbau motivasi, “Menjadi tua itu pasti. Tetapi, menjadi muda itu soal pilihan”.
Jadi, benarlah kata iklan yang berbau motivasi, “Menjadi tua itu pasti. Tetapi, menjadi muda itu soal pilihan”.
Sumber: Karya Jangan Dihambat
Usia oleh Anthony Dio Martin, Psikolog, penulis buku best seller EQ Motivator,
dan Managing Director HR Excellency
Tidak ada komentar:
Posting Komentar