Uap
pagi terakhir telah menguap beberapa detik yang lalu. Hari ini matahari
merajalela menghiasi langit. Padahal masih pagi tapi keringat sudah membasahi
baju yang ku kenakan. Bohong jika tidak mengatakan kalau hari ini tidak panas.
Kancing atas baju kemejaku sengaja ku buka untuk sedikit memberi udara masuk ke
dalamnya.
Hari ini
sabtu, ya sangat mudah diingat dikarenakan salah satu televisi swasta
menayangkan kartun kesayanganku yang hanya di putar pada hari sabtu. Ku duduk di
sofa dan kunikmati alur ceritanya. Yang kusuka dari kartun tersebut adalah aksi
laga fantasinya tapi diselipkan dengan komedi.
Ku
lihat bunga mawar di depan sana, dulu ia hanya kelopak dan tak ada yang peduli
akannya. Tapi kini ia telah mekar, merah merona warnanya menghiasi seluruh
bagian bunganya. Tak ada sepasang mata yang tak tergoda untuk melirik
keindahannya. Ingin sekali diri ini memetiknya tapi mawar bukanlah bunga
sembarangan mawar. Karena ia mempunyai duri sebagai pelindungnya.
Sebuah
perlindungan diri yang menyampaikan bahwa kecantikannya bukanlah murahan.
Kecantikan yang bisa melukai pemetiknya, luka yang pantas untuk memilikinya.
Selain penampilannya yang menggoda, harumnya memabukkan hidung penciumnya.
Hingga kita tak jemu-jemu menghirup pesonanya hingga habis tak tersisa.
Mawar...
dirimulah bunga cinta saat bewarna merah karena melambangkan agresifnya.
Mawar... dirimulah bunga cinta saat bewarna putih yang melambangkan kesucian.
Mawar... dirimulah bunga cinta saat bewarna kuning yang melambangkan kesabaran.
Mawar... dirimulah bunga, walau ditutupi semak belukar dan ilalang.
Kecantikanmu tetapkan muncul dan harummu yang khas tetap terhirup, walau kau
berada di belahan bumi manapun.
21 Juli 2012
By: RaSyBa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar