Sabtu, 14 Januari 2012

Bermainku Adalah Belajar


Oleh : Ani Mutiatun, S.Pd.
Saya teringat saat-saat masih duduk di bangku Sekolah Dasar. Telinga saya bagian kiri dijewer hingga sakit oleh Bu guru yang mengajar. Saat itu pelajaran Bahasa Indonesia pokok bahasan tanda baca. Tanda tanya digunakan untuk apa, tanda seru digunakan untuk apa saya masih belum mengerti. Ditambah lagi kalimatnya dibuat sendiri.
Tak hanya tidak mudeng dengan materinya, tapi suasananya juga tidak enak di hati. Bisa dibilang tidak menyenangkan. Bu guru menerangkan di depan, murid-murid harus duduk mendengarkan dan mata tertuju ke papan tulis. Jarang sekali ada bumbu guyon atau games yang menarik dan suasana yang rileks. Jadi males dan akhirnya tidak mudeng. Saat latihan mengerjakan soal saya tidak mudeng. Di jewerlah telinga saya sebelah kiri. Sudah sakit, tidak mudeng lagi. Itu hanya sedikit kisah dari salah satu pokok bahasan mata pelajaran Bahasa Indonesia.
Jika kita memperhatikan dunia anak di daerah dan sekolah manapun, maka yang akan kita temukan adalah bermain dan bermain. Bahkan bisa di bilang dunia anak adalah dunia bermain. Akan sulit dimasa anak-anak dipaksakan untuk bisa serius. Ketika dipaksakan, maka kondisi psikologis anak akan merasa tegang dan berusaha untuk memberontak. Padahal sebagian besar sekolah yang berkembang di Indonesia masih belum bisa membawakan suasana pembelajaran yang rileks sehingga anak merasa santai.
Begitu juga saat belajar Bahasa Indonesia. Meski belajar, tapi bagaimana caranya agar anak bisa tetap dalam suasana yang menyenangkan dan tidak menegangkan. Bagaimana caranya agar dunianya tidak terusik. Dunia bermain. Agar anak merasa sedang dalam sebuah permainan yang mengasyikkan meski sebetulnya mereka sedang belajar. Sehingga kita, dalam arti pendidik, harus bisa masuk ke dalam dunia mereka. Jadi, mengemas pembelajaran dengan teknik bermain.
Belajar Bahasa Indonesia dimulai dari mengenal kata hingga membentuk paragraf bahkan karangan yang merupakan gabungan paragraf-paragraf yang berkesinambungan dan berkaitan. Ada beberapa macam permainan yang bisa digunakan untuk mengajarkan Bahasa Indonesia agar menarik. Diantaranya adalah bermain peran, bermain kata dan cerita berantai.
Bermain peran merupakan sebuah permainan untuk mampu bersikap sebagaimana peran yang disandang. Misalnya untuk sebuah cerita dengan tema binatang. Ada beberapa peran yang bisa di mainkan. Misalnya kucing, gajah, kelinci, harimau, kuda, sapi, ayam, burung, kijang, monyet dan lain-lain. Setiap anak memerankan satu hewan.
Pada suatu hari, ada seekor kelinci yang berteriak minta tolong karena rumahnya kebakaran. Telah lama ia berteriak tapi tidak ada binatang satupun yang menolongnya. Ia terus dan terus berusaha mencari pertolongan tapi tidak ada hasilny hingga akhirnya semua habis terbakar tak tersisa. Saat itu datanglah seekor kucing yang terkejut melihat kejadian tersebut. Ia menanyakan apa yang telah terjadi pada rumah kelinci hingga semuanya terbakar habis. Menjawablah sang kelinci bahwa telah terjadi kebakaran di rumahnya. Kucingpun menanyakan lagi kenapa tidak minta pertolongan. Kelinci menjawab bahwa sebetulnya dia sudah berteriak minta pertolongan tapi tak ada satupun binatang yang datang menolongnya.
Kucing kemudian memanggil seluruh penghuni hutan untuk berkumpul. Setelah semua ada, maka bertanyalah kucing pada semua binatang yang ada ”apa pekerjaan yang tengah dilakukan hingga tak mendengar teriakan kelinci?”. Seluruh binatang yang datang menjawab bahwa mereka malas untuk datang memenuhi teriakan kelinci karena kelinci sering membohongi mereka. Merekapun mengira bahwa teriakan kali ini pun adalah sebuah kebohongan. Kemudian kucing menasehati pada kelinci untuk meninggalkan kebiasaan jelek tersebut dan meminta maaf pada semua binatang.
Pendidik mengatur anak untuk membagi peran setiap anak. Sebagai contoh seorang anak memerankan seekor kucing dari cerita diatas. Anak harus bisa memerankan seekor kucing yang berkarakter kepemimpinan dan peka terhadap binatang lain. Pendidik mengarahkan anak mulai dari percakapan hingga kostum yang dipakainya.
Untuk bisa membuat percakapan, maka anak akan berfikir merangkai kata-kata yang cocok untuk menjelaskan pada kondisi tertentu. Dari sini, anak akan belajar Bahasa Indonesia. Belajar untuk mengenal kata, merangkai kalimat, menggabungkan percakapan-percakan untuk membentuk sebuah alur, unsur-unsur cerita, tanda baca, dan lain hal yang berhubungan dengan Bahasa Indonesia.
Dalam memerankan cerita diatas, anak akan merasa asik dalam sebuah permainan. Apalagi jika didukung oleh suasana hutan yang sesungguhnya. Paling tidak dimainkan dalam sebuah kebun atau outdoor. Anak tidak akan merasa bahwa pada saat itu sedang belajar. Anak akan merasa saat itu dia dalam suasana permainan yang sangat mengasikkan.
Teknik bermain peran ini bisa digunakan untuk berbagai jumlah anak. Jika satu anak, maka peran yang bisa dimainkan adalah seorang presenter, pembawa acara ataupun peran seorang trainer. Jika jumlah anak adalah dua atau lebih, kita bisa mencarikan cerita yang dimainkan oleh sejumlah anak yang ada. Artinya bermain peran ini bisa disesuaikan dengan keadaan dan situasi.
Permainan kedua yang bisa digunakan untuk mengajarkan Bahasa Indonesia yang menarik adalah bermain kata. Jumlah peserta yang bisa diikutkan adalah bervariasi sesuai dengan jumlah anak. Jumlah kata yang disediakan juga disesuaikan dengan kondisi pengetahuan anak.
Pendidik membagi jumlah anak yang ada menjadi dua kelompok atau lebih dan menentukan tema untuk masing-masing kelompok. Kemudian melontarkan sebuah kata yang masih asing bagi mereka. Petunjuknya adalah mereka diminta untuk membuat sebuah kalimat dengan menggunakan satu kata yang telah dilontarkan. Kemudian pendidik membandingkan hasilnya antara satu kelompok dengan kelompok lain yang berbeda tema.
Dari bermain kata ini, anak telah belajar mengenal kata atau vocab dan kalimat yang mengacu pada sebuah tema. Sehingga anak akan mengerti arti dan maksud dari sebuah kata. Misalnya kata masuk. Belum tentu masuk itu melalui pintu yang sesungguhnya. Akan lain artinya masuk ke sebuah perguruan tinggi dengan masuk ke era globalisasi ataupun masuk waktu. Anak akan mampu mengenal kata baru dan artinya sesuai dengan konteks.
Permainan ketiga yang bisa digunakan untuk mengajarkan Bahasa Indonesia agar mengasikkan adalah cerita berantai. Permainan ini juga bisa disesuaikan dengan jumlah anak yang ada. Pendidik mengawali sebuah cerita dengan sebuah alinea. Anak diminta untuk meneruskan atau melanjutkan cerita tersebut. Setiap anak meneruskan cerita dengan satu paragraf secara bergantian dan berurutan. Yang kemudian diulas secara keseluruhan. Apakah cerita yang terjadi berkaitan atau tidak. Dalam permainan ini, anak tidak terbatasi oleh tema. Mereka bebas untuk berfikir dan mengeluarkan apa saja yang ada dalam pikiranya.
Bermain cerita berantai mengasah anak untuk merangkai kalimat dan menghubungkan dengan kondisi atau cerita sebelumnya. Yang mana alur cerita sebelumnya adalah bukan pikiran seorang anak secara keseluruhan. Berarti anak telah belajar merancang sesuatu yang telah ada bahan dasarnya untuk dijadikan sesuatu yang lebih mempunyai makna dan bervariasi. Tentunya dalam hal bahasa.
Agar suasana dalam belajar lebih santai dan cair, permainan cerita berantai ini bisa dilakukan secara lisan. Tidak harus kaku dengan bahasa yang baku. Tapi bisa lebih cair dengan menggunakan percakapan-percakapan, humor yang mendidik atau dengan puisi dan perumpamaan.
Teknik pembelajaran Bahasa Indonesia dengan bermain bisa disesuaikan tingkat kesulitanya sesuai dengan umur ataupun tingkat pendidikanya. Sama-sama bermain peran, untuk usia TK cerita yang diambil adalah cerita hewan atau kebiasaan sehari-hari. Tapi untuk anak usia kelas 4 Sekolah Dasar cerita yang diambil adalah cerita yang diluar kebiasaanya. Hal ini untuk memancing mereka agar mempunyai pengetahuan dan daya tangkap yang lebih.
Pelajaran yang mudah jika disampaikan dalam suasana yang menagangkan akan terasa sulit dan ide yang ada bagaikan diujung tanduk. Seakan terasa di pikiran tapi tidak bisa untuk di eksplor. Sebagaimana ketika kita sedang menjalani sebuah ujian, maka tidak jarang kita merasa grogi dan tegang sehingga apa yang telah kita pelajari hilang. Sama halnya dengan belajar. Maka suasana yang rileks dan santai perlu diupayakan. Salah satunya adalah belajar dengan teknik bermain.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar