Oleh : Ani Mutiatun, S.Pd.
Saya teringat saat-saat masih duduk di bangku Sekolah Dasar. Telinga saya
bagian kiri dijewer hingga sakit oleh Bu guru yang mengajar. Saat itu pelajaran
Bahasa Indonesia pokok bahasan tanda baca. Tanda tanya digunakan untuk apa,
tanda seru digunakan untuk apa saya masih belum mengerti. Ditambah lagi
kalimatnya dibuat sendiri.
Tak hanya tidak mudeng dengan materinya, tapi suasananya juga tidak enak di
hati. Bisa dibilang tidak menyenangkan. Bu guru menerangkan di depan,
murid-murid harus duduk mendengarkan dan mata tertuju ke papan tulis. Jarang
sekali ada bumbu guyon atau games yang menarik dan suasana yang rileks. Jadi
males dan akhirnya tidak mudeng. Saat latihan mengerjakan soal saya tidak
mudeng. Di jewerlah telinga saya sebelah kiri. Sudah sakit, tidak mudeng lagi.
Itu hanya sedikit kisah dari salah satu pokok bahasan mata pelajaran Bahasa
Indonesia.
Jika kita memperhatikan dunia anak di daerah dan sekolah manapun, maka yang
akan kita temukan adalah bermain dan bermain. Bahkan bisa di bilang dunia anak
adalah dunia bermain. Akan sulit dimasa anak-anak dipaksakan untuk bisa serius.
Ketika dipaksakan, maka kondisi psikologis anak akan merasa tegang dan berusaha
untuk memberontak. Padahal sebagian besar sekolah yang berkembang di Indonesia
masih belum bisa membawakan suasana pembelajaran yang rileks sehingga anak
merasa santai.
Begitu juga saat belajar Bahasa Indonesia. Meski belajar, tapi bagaimana
caranya agar anak bisa tetap dalam suasana yang menyenangkan dan tidak
menegangkan. Bagaimana caranya agar dunianya tidak terusik. Dunia bermain. Agar
anak merasa sedang dalam sebuah permainan yang mengasyikkan meski sebetulnya
mereka sedang belajar. Sehingga kita, dalam arti pendidik, harus bisa masuk ke
dalam dunia mereka. Jadi, mengemas pembelajaran dengan teknik bermain.
Belajar Bahasa Indonesia dimulai dari mengenal kata hingga membentuk
paragraf bahkan karangan yang merupakan gabungan paragraf-paragraf yang
berkesinambungan dan berkaitan. Ada beberapa macam permainan yang bisa
digunakan untuk mengajarkan Bahasa Indonesia agar menarik. Diantaranya adalah
bermain peran, bermain kata dan cerita berantai.
Bermain peran merupakan sebuah permainan untuk mampu bersikap
sebagaimana peran yang disandang. Misalnya untuk sebuah cerita dengan tema
binatang. Ada beberapa peran yang bisa di mainkan. Misalnya kucing, gajah,
kelinci, harimau, kuda, sapi, ayam, burung, kijang, monyet dan lain-lain.
Setiap anak memerankan satu hewan.
Pada suatu hari, ada seekor kelinci yang berteriak minta tolong karena
rumahnya kebakaran. Telah lama ia berteriak tapi tidak ada binatang satupun
yang menolongnya. Ia terus dan terus berusaha mencari pertolongan tapi tidak
ada hasilny hingga akhirnya semua habis terbakar tak tersisa. Saat itu
datanglah seekor kucing yang terkejut melihat kejadian tersebut. Ia menanyakan
apa yang telah terjadi pada rumah kelinci hingga semuanya terbakar habis.
Menjawablah sang kelinci bahwa telah terjadi kebakaran di rumahnya. Kucingpun
menanyakan lagi kenapa tidak minta pertolongan. Kelinci menjawab bahwa sebetulnya
dia sudah berteriak minta pertolongan tapi tak ada satupun binatang yang datang
menolongnya.
Kucing kemudian memanggil seluruh penghuni hutan untuk berkumpul. Setelah
semua ada, maka bertanyalah kucing pada semua binatang yang ada ”apa pekerjaan
yang tengah dilakukan hingga tak mendengar teriakan kelinci?”. Seluruh binatang
yang datang menjawab bahwa mereka malas untuk datang memenuhi teriakan kelinci
karena kelinci sering membohongi mereka. Merekapun mengira bahwa teriakan kali
ini pun adalah sebuah kebohongan. Kemudian kucing menasehati pada kelinci untuk
meninggalkan kebiasaan jelek tersebut dan meminta maaf pada semua binatang.
Pendidik mengatur anak
untuk membagi peran setiap anak. Sebagai contoh seorang anak memerankan seekor
kucing dari cerita diatas. Anak harus bisa memerankan seekor kucing yang
berkarakter kepemimpinan dan peka terhadap binatang lain. Pendidik mengarahkan anak mulai dari percakapan
hingga kostum yang dipakainya.
Untuk bisa membuat percakapan, maka anak akan berfikir merangkai kata-kata
yang cocok untuk menjelaskan pada kondisi tertentu. Dari sini, anak akan
belajar Bahasa Indonesia. Belajar untuk mengenal kata, merangkai kalimat,
menggabungkan percakapan-percakan untuk membentuk sebuah alur, unsur-unsur
cerita, tanda baca, dan lain hal yang berhubungan dengan Bahasa Indonesia.
Dalam memerankan cerita diatas, anak akan merasa asik dalam sebuah
permainan. Apalagi jika didukung oleh suasana hutan yang sesungguhnya. Paling
tidak dimainkan dalam sebuah kebun atau outdoor. Anak tidak akan merasa bahwa pada saat itu sedang
belajar. Anak akan merasa saat itu dia dalam suasana permainan yang sangat
mengasikkan.
Teknik bermain peran ini bisa digunakan untuk berbagai jumlah anak. Jika
satu anak, maka peran yang bisa dimainkan adalah seorang presenter, pembawa
acara ataupun peran seorang trainer. Jika jumlah anak adalah dua atau lebih,
kita bisa mencarikan cerita yang dimainkan oleh sejumlah anak yang ada. Artinya
bermain peran ini bisa disesuaikan dengan keadaan dan situasi.
Permainan kedua yang bisa digunakan untuk mengajarkan Bahasa Indonesia yang
menarik adalah bermain kata. Jumlah peserta yang bisa diikutkan adalah
bervariasi sesuai dengan jumlah anak. Jumlah kata yang disediakan juga
disesuaikan dengan kondisi pengetahuan anak.
Pendidik membagi jumlah anak yang ada menjadi dua kelompok atau lebih dan
menentukan tema untuk masing-masing kelompok. Kemudian melontarkan sebuah kata
yang masih asing bagi mereka. Petunjuknya adalah mereka diminta untuk membuat
sebuah kalimat dengan menggunakan satu kata yang telah dilontarkan. Kemudian
pendidik membandingkan hasilnya antara satu kelompok dengan kelompok lain yang
berbeda tema.
Dari bermain kata ini, anak telah belajar mengenal kata atau vocab dan
kalimat yang mengacu pada sebuah tema. Sehingga anak akan mengerti arti dan maksud dari sebuah kata. Misalnya kata
masuk. Belum tentu masuk itu melalui pintu yang sesungguhnya. Akan lain artinya
masuk ke sebuah perguruan tinggi dengan masuk ke era globalisasi ataupun masuk
waktu. Anak akan mampu mengenal kata baru dan artinya sesuai dengan konteks.
Permainan ketiga yang bisa digunakan untuk mengajarkan Bahasa Indonesia
agar mengasikkan adalah cerita berantai. Permainan ini juga bisa disesuaikan
dengan jumlah anak yang ada. Pendidik mengawali sebuah cerita dengan sebuah
alinea. Anak diminta untuk meneruskan atau melanjutkan cerita tersebut. Setiap
anak meneruskan cerita dengan satu paragraf secara bergantian dan berurutan.
Yang kemudian diulas secara keseluruhan. Apakah cerita yang terjadi berkaitan
atau tidak. Dalam permainan ini, anak tidak terbatasi oleh tema. Mereka bebas
untuk berfikir dan mengeluarkan apa saja yang ada dalam pikiranya.
Bermain cerita berantai mengasah anak untuk merangkai kalimat dan
menghubungkan dengan kondisi atau cerita sebelumnya. Yang mana alur cerita
sebelumnya adalah bukan pikiran seorang anak secara keseluruhan. Berarti anak
telah belajar merancang sesuatu yang telah ada bahan dasarnya untuk dijadikan
sesuatu yang lebih mempunyai makna dan bervariasi. Tentunya dalam hal bahasa.
Agar suasana dalam belajar lebih santai dan cair, permainan cerita
berantai ini bisa dilakukan secara lisan. Tidak harus kaku dengan bahasa yang
baku. Tapi bisa lebih cair dengan menggunakan percakapan-percakapan, humor yang
mendidik atau dengan puisi dan perumpamaan.
Teknik pembelajaran Bahasa Indonesia dengan bermain bisa disesuaikan
tingkat kesulitanya sesuai dengan umur ataupun tingkat pendidikanya. Sama-sama bermain peran, untuk usia TK
cerita yang diambil adalah cerita hewan atau kebiasaan sehari-hari. Tapi untuk
anak usia kelas 4 Sekolah Dasar cerita yang diambil adalah cerita yang diluar
kebiasaanya. Hal ini untuk memancing mereka agar mempunyai pengetahuan dan daya
tangkap yang lebih.
Pelajaran yang mudah jika disampaikan dalam suasana yang menagangkan akan
terasa sulit dan ide yang ada bagaikan diujung tanduk. Seakan terasa di pikiran
tapi tidak bisa untuk di eksplor. Sebagaimana ketika kita sedang menjalani
sebuah ujian, maka tidak jarang kita merasa grogi dan tegang sehingga apa yang
telah kita pelajari hilang. Sama halnya dengan belajar. Maka suasana yang
rileks dan santai perlu diupayakan. Salah satunya adalah belajar dengan teknik
bermain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar