Sebuah rencana
yang hebat dapat gagal hanya karena kurangnya kesabaran.-----Konfusius, 551-479
S.M
Tuan Zhu, seorang jaksa di
Propinsi Jiangsu selama dinasti Qing, diperintahkan untuk mengirim sejumlah
uang ke ibu kota negara, Beijing. Perjalanan ini membutuhkan waktu beberapa
hari dan dia harus berhenti beberapa kali dalam perjalanan. Salah satu tempat
pemberhentian itu ada di pinggiran kota Linqing, di sebelah barat daya
Shandong, yang merupakan daerah kekuasaan para penjahat.
Pada saat dia sampai di sebuah
penginapan, yang merupakan satu-satunya penginapan di kota itu, beberapa wanita
datang, ingin menghibur dia dengan nyanyian. Mereka sebenarnya adalah wanita
tuna-susila. Ini adalah kebiasaan di utara bagi pelacur untuk menyanyi di
hadapan tamu yang berpotensi dan kaya. Setelah bernyanyi, jika tamu tersebut
ingin menghabiskan malam dengan salah seorang dari mereka, yang perlu dilakukan
hanyalah meminta wanita itu untuk membawa selimut ke dalam kamarnya. Bayaran
mereka hanyalah setengah dibandingkan dengan harga di daerah selatan, tetapi
pelacur-pelacur itu sering kali diasosiasikan dekat dengan penyamun daerah.
Mereka akan memberitahu penyamun kalau ada tamu mereka yang kaya.
Tuan Zhu sering bepergian. Dia
telah mendengar bahwa Linqing adalah daerah yang berbahaya. Dia mengetahui
bahwa pelacur-pelacur muda ini tidak bertindak sembarangan. Mereka kelihatannya
menerima isyarat apakah mereka harus menyanyi atau menari atau mendekatinya
langsung dari gadis berpakaian hitam. Kalau pelacur lainnya menggunakan riasan
yang sangat tebal dan memakai pakaian yang sangat seronok, gadis itu tidak
menggunakan riasan sama sekali. Tetapi dia tetap kelihatan menarik. Usianya sekitar dua puluh tahun. Zhu
menyimpulkan bahwa dia adalah pemimpinnya. Keadaan sekelilingnya sepertinya
tidak menguntungkan bagi dirinya. Karena tempat penginapan ini terpencil,
membuatnya tidak mungkin untuk melarikan diri atau mencari bantuan.Tuan Zhu
memutuskan untuk berhadapan langsung dengan gadis itu. Dia harus mencoba mengambil
kesempatan. Dan itu mungkin adalah satu-satunya kesempatan untuk melepaskan
diri dari bahaya maut.
Dia membubarkan gadis-gadis
yang lain dan dengan jelasnya menyatakan bahwa dia ingin sendirian dengan gadis
berpakaian hitam. Dia kelihatan setuju dengan usulannya dan menerima
undangannya untuk makan malam bersama. Zhu mulai bercerita bahwa dia berasal
dari keluarga miskin dan dia harus bekerja keras untuk bisa hidup seperti saat
ini. Gadis itu berkata bahwa orang tuanya sangatlah miskin untuk menghidupinya
sehingga dia harus terjun ke dalam profesi yang memalukan ini untuk bertahan
hidup.
Zhu mendengarkannya dengan
penuh perhatian dan mulai bercerita tentang bagaimana beberapa pelacur yang
terkenal pada zaman dahulu bisa menjadi pahlawan-pahlawan wanita dan pada
akhirnya mereka menikah dengan orang-orang berpendidikan tinggi. Zhu
memperlihatkan kekagumannya kepada wanita-wanita itu. Kata-kata Zhu
kelihatannya telah mempengaruhi gadis ini. Hati gadis ini jadi tergerak.Percakapan
berubah arah. Zhu memutuskan untuk mempercayainya dan memberitahukannya bahwa
dia bertanggung jawab atas pengiriman 10 ribu ons perak ke Beijing.
Pada saat mereka
berbincang-bincang, salju mulai turun, mengubah tanah menjadi dataran putih
mengkilat di bawah sinar bulan yang pucat. Api di perapian sangat kecil, minyak
lampu sudah hampir habis, dan ruangan pun menjadi sangat dingin. Melihat bahwa
gadis itu menggigil kedinginan di balik gaun hitamnya yang tipis, Zhu mengambil
mantel bulu dari tasnya dan memakaikannya ke pundak gadis itu. Mereka
berbincang-bincang seperti teman dekat. Tapi Zhu tidak pernah menyentuh gadis
itu.
Tanpa mereka sadari, ufuk
timur mulai terbit. Sebagaimana peraturan yang berlaku saat itu, pelacur
diharuskan keluar pada saat subuh merekah. Gadis itu berdiri di atas kakinya,
melepaskan mantel bulu dan bersiap-siap untuk pergi.
“Ambillah,” katanya sambilmemberikan
mantelnya kepada gadis itu.
“Di luar hawa sangat dingin.
Kamumembutuhkannya.” Dia juga memberikannya empat ons perak.
“Terima kasih ataskemurahan hati
anda. Kamu seharusnya tidak membayar saya. Saya tidak melakukan apapun untuk
anda. Saya juga tidak dapat menerima mantel bulu ini.”
“Harap mau menerima mantel
ini. Saya memberikannya kepada anda sebagai ungkapan kekaguman dan penghormatan
saya atas diri anda. Kamu adalah wanita yang sangat istimewa. Saya sangat
menikmati perbincangan kita semalam.”Gadis itu berterima kasih sekali lagi dan
pergi. Zhu masih merasa kuatir. Kira-kira lima belas menit kemudian, ada
ketukan di pintu. Ternyata gadis berbaju hitam itu lagi.
“Saya harus berbicara jujur ke
anda.” katanya bersungguh-sungguh.
“Saya adalah seorang pencuri
dan ayah saya adalah pemimpin dari penyamun di daerah ini. Saya berperan
sebagai pelacur untuk menjebak pelancong. Tetapi saya masih perawan. Saya tidak
pernah membiarkan seorang pun menyentuh saya. Jika seseorang mencoba untuk
memaksa saya, saya akan membunuhnya dengan pisauku. Saya sangat menghargai
ketertarikan anda terhadap saya. Ketika saya sampai di rumah, saya akan
mengutus seseorang untuk mengembalikan mantel ini kepada anda bersama-sama
dengan sesuatu yang berharga untuk anda. Bawalah dan teruskanlah perjalanan
anda sebelum jalan menjadi terlalu licin ketika salju mulai mencair.”Zhu
membungkuk di hadapannya, merasa sangat lega.Setengah jam kemudian, seorang
kurir datang dengan membawa mantel bulu dan sebuah bungkusan kecil untuk Zhu.
“Ini dari tuan putri kami,”
kata orang itu.
“Ini sangatlah berguna jika
anda menghadapi kesulitan dalam perjalanan anda. Dengarkan. Simpan ini sampai kamu tiba di Yangliuqing
dan kemudian berikanlah kepada seorang pria di kantor keamanan setempat yang
akan menemui anda dan meminta benda ini dari anda.”Zhu ingin memberikan tips
kepada lelaki itu, tapi ditolaknya, dan dia mengatakan bahwa tuan putrinya melarangnya
untuk menerima uang.
Zhu sangat heran melihat isi
dari bungkusan itu. Isinya adalah bendera segitiga.Sekarang dia sudah siap
untuk meneruskan perjalanannya, tetapi pengemudi kereta yang diasewa menolak
untuk berangkat, mengatakan bahwa perjalanan tidak aman. Pengemudi itu terkejut
ketika Zhu mengeluarkan bendera segitiga dan meletakkannya di jendela kereta.
“Dari mana kamu
mendapatkannya?” tanya pengemudi itu.
“Cepat! Mari kita berangkat.
Kita aman sekarang.”
Setelah sepuluh mil atau
lebih, mereka bertemu dengan segerombolan perampok berkuda dan bersenjata yang
berjumlah lebih dari dua puluh orang. Mereka mengelilingi keretanya, mengamati
bendera itu dengan teliti dan kemudian mereka meninggalkan kereta itu tanpa
berbuat onar. Beberapa kejadian serupa terjadi selama beberapa hari sampai
mereka tiba di Yangliuqing, sekitar enam mil dari Beijing.
Seorang pria dari kantor
keamanan datang untuk menemuinya dan mengundang Zhu untuk makan malam bersama.
Pada larut malam, dia datang ke kamarnya Zhu dan menanyakan bagaimana Zhu dapat
memperoleh bendera tersebut. Zhu bercerita mengenai gadis berbaju hitam.
“Ini adalah pemberian yang
sangat berharga. Dia kelihatannya sangat menyukai anda. Sekarang kamu di
Yangliuqing, batas dari daerah kekuasaan mereka. Kamu tidakmembutuhkan bendera
itu lagi.”Zhu mengembalikan bendera itu, mengucapkan terima kasih kepada pria
itu, dan kemudian meninggalkan tempat itu pada keesokan harinya.
Komentar: Tuan Zhu mengatasi
situasi yang berbahaya dengan cara berhadapan langsung dengan sumbernya dan
menggunakan akalnya yang cerdik dan sehat. Jika dia panik, kemungkinan besar
dia tidak akan berhasil, karena pada saat krisis manajemen seperti itu, tidak
ada ruang untuk berbuat kesalahan sekecil apa pun.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar