BAB I
A.
Latar Belakang Masalah
Pendidikan anak
dimulai sejak dini agar ia menjadi muslim atau mukmin yang baik bagi dirinya,
keluarganya, agamanya,
bahkan bagi seluruh umat manusia. Pendidikan pertama adalah ibu kemudian ayah
selanjutnya sekolah dan terakhir adalah lingkungannya. Islam menuntun agar anak diberikan
pendidikan supaya
menjadi manusia berkepribadian seperti Rasulullah. Agama Islam menuntut
agar anak dididik dengan aqidah yang lurus dan bebas dari khurafat.
Karena
itu sejak pada usia prasekolah harus ditanamkan pada anak ilmu agama dan akhlak
mulia agar kelak ia menjadi manusia yang saleh, jujur, dan amanah yang selalu
mentaati perintah Allah, memuliakan hak ibu, bapak, kerabat, tetangga dan tamu,
serta melaksanakan tugas yang diwajibkan Allah dan Rasul-Nya.[1]
Diperlukan perhitungan
tentang kondisi dan situasi dalam
pendidikan untuk jangka waktu yang panjang. Dengan
perhitungan tersebut tujuan yang hendak dicapai menjadi terarah karena segala
sesuatunya direncanakan secara matang. Itulah sebabnya pendidikan Islam
memerlukan stratergi, supaya
mantap dalam melaksanakan pendidikan
dengan melihat situasi dan kondisi yang ada. Agar
tidak ditemui hambatan serta gangguan baik internal maupun eksternal yang
menyangkut kelembagaan
atau lingkungan sekitarnya.[2] Untuk itulah peran orangtua dalam mendidik mempunyi
pengaruh dan dibutuhkan karena selain sebagai lembaga pendidikan informal
pertama yang didapatkan oleh anak, orangtua adalah manusia yang nanti di
akhirat akan dimintai pertanggung jawabannya oleh Allah SWT.
Setiap
tindakan yang dipilih oleh orangtua dalam mendidik seorang anak untuk mengenal
agama Islam mempunyai dampak dalam berperilaku kehidupan seorang anak. Apabila orangtua
mengajar anaknya dengan benar maka anak akan menjadi seorang ahli ibadah yang
baik, tapi jika orangtua itu tidak mendidik dengan benar menurut kaidah-kaidah
Agama Islam maka ditakutkan anak akan menjadi orang yang jauh dalam mengenal dan
memahami agamanya sendiri.
Jika
orangtua sendiri tidak mampu menerapkan pengetahuan agama maka tanggung jawab
orangtua sebagai pendidik anak prasekolah akan terbengkalai, sehingga tercipta
masyarakat yang tidak peduli tentang agama. Walau perkembangan zaman semakin
hari semakin cepat dan maju, hal tersebut menuntut agar orangtua mendapatkan nafkah yang
lebih banyak.
Untuk
orangtua yang mencari nafkahnya dengan cara menambang timah biasanya mempunyai
waktu yang terbatas untuk berinteraksi dengan anak-anak mereka. Jika dari
orangtua hanya ayah yang bekerja untuk menambang maka ibu mempunyai kesempatan
untuk mendidik anak-anaknya. Tapi ada ditemukan kedua orangtua, baik itu ayah
maupun ibunya juga ikut serta menambang timah. Jika itu terjadi maka otomatis
waktu untuk anak mereka yang masih berusia prasekolah, mempunyai kesempatan lebih
kecil untuk mendapatkan pendidikan Islam secara langsung dari kedua
orangtuanya.
Karena itu penulis ingin meneliti pengaruh pengajaran
pendidikan Islam dari orangtua yang berprofesi penambang timah terhadap
pemahaman keagamaan anak prasekolah di Desa Kace Kecamatan Mendo Barat agar
nanti berguna untuk masyarakat di daerah tersebut maupun yang berada di daerah
manapun.
B.
Batasan Masalah dan
Rumusan Masalah
1. Batasan
Masalah
Batasan
masalah pada penelitian ini adalah sesuai
dengan uraian yang telah dipaparkan diatas. Masalah yang
dibatasi berkisar tentang pengaruh pengajaran pendidikan Islam oleh
orangtua yang berprofesi penambang timah terhadap pemahaman keagamaan anak
prasekolah di Desa Kace Kecamatan Mendo Barat. Pengaruh pengajaran pendidikan Islam oleh orangtua yang akan diteliti terfokus pada masalah akidah
dan tauhid, mengucapkan dua kalimat syahadat, tata cara ibadah, akhlak mulia, tata karma.
2.
Rumusan Masalah
Melanjutkan
penjelasan dari uraian di atas, penulis merumuskan beberapa permasalahan,
yaitu:
a.
Bagaimana pengaruh
pengajaran pendidikan Islam oleh orangtua yang berprofesi penambang timah?
b.
Bagaimanakah
pemahaman keagamaan anak prasekolah yang memiliki orangtua penambang timah?
C.
Tujuan dan Kegunaan
Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a.Untuk mengetahui pengaruh pengajaran pendidikan Islam oleh
orangtua yang berprofesi penambang timah.
b. Untuk mengetahui pemahaman keagamaan anak prasekolah yang
memiliki orangtua penambang timah.
2.Kegunaan
Penelitian
Penelitian
yang dilakukan ini nantinya diharapkan dapat berguna untuk:
a.
Memberikan masukan
untuk orangtua pendidik yang berprofesi penambang timah dalam
menerapkan pendidikan Islam pada anak prasekolah.
b.
Menjadi salah satu
bahan untuk masukan dan informasi kepada peneliti lain yang akan melakukan
penelitian lanjutan.
D. Telaah
Pustaka
Ada banyak penelitian yang membahas tentang anak
prasekolah, tapi penulis hanya mengambil beberapa pembahasan yang menurut hemat
penulis mempunyai hubungan dengan penelitian yang diteliti saat ini.
Diantaranya Elis
Johannes Hendry Salim dan Rohaty Mazjub, untuk prosiding seminar penyelidikan siswa UKM yang bertema: “Penglibatan
Ibu Bapak dalam Pendidikan Prasekolah: Tinjauan di Beberapa Tadika Swasta di Daerah
Curug, Tangerang, Indonesia”[3], pada
seminar tersebut mereka membahas tentang keterlibatan langsung orangtua dalam
pendidikan anak sangat mempengaruhi anaknya untuk menghadapi globalisasi.
Lalu penelitian yang memiliki
kemiripan dengan penelitian penulis adalah dari mahasiswa STAIN SAS pada skripsi mereka, yang diantaranya oleh Sierni yang mana skripsinya
berjudul Pengaruh Aktivitas Orangtua
Pekerja TI dalam Upaya Membimbing Belajar Anak di Rumah di Desa Sempan
Kecamatan Pemali Sungailiat.[4] Dan
oleh Kaminah yang skripsinya berjudul Pola
Asuh Orangtua dalam Menanamkan Pendidikan Agama Islam Anak pada Usia Prasekolah
di Dusun Pelaik Desa Tanjung Niur Kecamatan Tempilang.[5] Perbedaan
penelitian yang dilakukan oleh penulis dengan penelitian yang dilakukan
sebelumnya oleh kedua mahasiswa STAIN SAS adalah bahwa penulis lebih ke arah pengaruh
pengajaran pendidikan Islam orangtua terhadap pemahaman keagamaan anak
prsekolah dan keefektifannya. Dalam hal ini anak yang masih berusia prasekolah
akan mempunyai ikatan langsung dengan pekerjaan orangtua dan keadaan lingkungan
dimana mereka tinggal.
E.
Landasan Teori
Kehidupan dalam rumah tangga
yang berlandaskan Islam dipengaruhi oleh bagaimana orangtua dalam mendidik dan
menerapkan pendidikan yang sesuai dengan perintah Agama Islam. Anak akan
kehilangan pedoman yang bisa diikuti jika orangtua anak itu sendiri mengabaikan
hak anak untuk mendapatkan pendidikan yang lebih baik, jika hal itu terjadi
pada masyarakat maka bisa dipastikan masa depan suatu masyarakat hanya berisi
orang-orang yang sangat kering pengetahuan tentang agama mereka sendiri.
Keluarga
adalah tempat terbaik dalam penyampaian
nilai-nilai agama. Orangtua
memiliki peranan yang strategis dalam mentradisikan ritual keagamaan sehingga
nilai-nilai agama dapat ditanamkan ke dalam jiwa anak. Kebiasaan orangtua
dalam melaksanakan ibadah,
misalnya seperti shalat, puasa, infaq, dan sadaqah menjadi suru teladan bagi anak
untuk mengikutinya. Disini
nilai-nilai agama dapat bertemu dengan suburnya di dalam jiwa anak. Kepribadian yang luhur dan
agamis membalut
jiwa anak menjadikannya insan-insan yang penuh iman dan takwa kepada Allah SWT.[6]
Seperti
dikatakan Emile Durkheim mengenai “On
Education and Society” dalam Jerome Karabel dan A.H. Halsey, yang dikutip oleh Imam Tholkhak dan ahmad Barizi bahwa
transformasi pendidikan selalu merupakan hasil dari sosial-masyarakat, dan
begitulah sebaliknya. Proses
dan pelbagai corak sistem pendidikan menggambarkan corak dari tradisi dan
budaya sosial-masyarakat yang ada.[7]
Pendidikan Islam yang nanti diterapkan oleh orangtua akan
disesuaikan dengan tingkatan umurnya, antara lain:[8]
1. Pada
tahun ketiga. Pada fase ini seorang anak lebih paham dan lebih “kooperatif” (bisa diajak bekerja
sama). Kita harus mengajarinya bagaimana bekerja sama dengan orang lain,
mengajarkan sebagian perilaku baik yang sederhana seperti mencintai orang lain,
atau menghormati barang milik mereka.
Pada usia ini akan lebih higienis jika orangtua mengajari berperilaku tentang
menjaga sopan santun dan amanah.
2.
Pada tahun keempat dari
usianya. Anak pada usia ini lebih giat dan lebih enerjik. Dia berusaha untuk
mengetahui apa yang ada di sekitarnya dan mengetahui segala sesuatu yang
berhubungan dengan dirinya. Dia banyak bertanya tentang segala hal, sebagaimana
juga dia senang mengejek dan menghina. Kadang dia melontarkan ejekan kepada
teman-temannya bahkan kepada saudara
dekat sekalipun. Hal
ini mendorong kita untuk
dapat berlaku baik kepadanya dalam menghadapi sikapnya, mendidiknya dalam
batasan-batasan,
memahaminya, dan bersabar.
3.
Ketika mencapai usia
lima tahun, dia tumbuh lebih matang dan lebih paham. Dia dapat memahami apa
yang kita inginkan darinya, dapat memperlihatkan kesalahan dan mengakuinya,
sebagaimana dia lebih banyak berusaha untuk mandiri pada dirinya sendiri. Dia
sudah bisa mandi dan memakai baju sendiri. Pada saat ini, kita harus memberikan
pujian kepadanya atas tingkah laku baiknya dan atas kerja sama yang
dilakukannya dengan kita, atau dengan teman-temannya. Pada usia ini anak-anak harus dididik dengan berprilaku baik terhadap
orang-orang disekelilingnya.
4.
Pada tahun keenam, anak
mulai mengamati untuk belajar, tetapi sifat kooperatifnya lebih rendah dari
sebelumnya. Dia hidup dalam masanya dan menghindari bentuk khayalan serta lebih
cenderung untuk mencontoh. Pada usia enam tahun, anak mulai mengenal apa itu
benar dan apa itu salah dengan cara yang lebih mendalam dari sebelumnya, tetapi
tentu tidak seperti apa yang kita pahami.
Pada tahap inilah anak-anak bisa di perkenalkan tentang agama Islam terutama dalam hal
beribadahnya seperti: mengucapkan dua kalimat syahadat, bagaimana cara mengerjakan shalat, puasa, zakat,
dan haji.
Anak yang masih
di bawah umur memang sangat membutuhkan pemeliharaan jiwa,
pemberian rasa cinta dan kasih sayang orangtuanya.[9] Sebagian orang mengira
bahwa tanggung jawab terhadap anak adalah tanggung jawab dalam mencukupi
nafkah, pakaian, perhiasan dan hal lain yang bersifat materi saja. Dia lupa
atau pura-pura lupa bahwa tanggung jawab yang paling besar adalah tanggung
jawab pendidikan akhlak mulia, keteladanan, dan prinsip-prinsip yang mulia. Semuanya itu terdapat
dalam agama yang hanif, Islam. Semoga saja kita dapat memberikan perhatian yang
besar terhadap pendidikan anak-anak kita, sebagaimana perhatian kita pada
pekerjaan, kesungguhan, dan rasa capek yang kita lakukan, agar hidup mereka
terasa baik dan nyaman.[10]
Pekerjaan
yang dilakukan oleh orangtua haruslah mempunyai manfaat untuk kelangsungan
hidup anak, hingga untuk masalah pendidikan anak akan mempunyai jaminan untuk
mendapatkan pengetahuan yang bisa bermanfaat untuk digunakan dalam mengarungi
kehidupannya kelak. Ada banyak cara pekerjaan yang dapat dilakukan orangtua
untuk menafkahi keluarganya, tapi di penelitian kali ini penulis lebih
mengkhususkan pada pekerjaan orangtua yang menafkahi keluarganya dengan cara
menambang timah. Dimana pada pekerjaan tersebut diharapkan orangtua bisa membagi
waktunya dengan anaknya.
Kanak-kanak dan
para muda remaja di masyarakat Islam seharusnya memperoleh lingkungan yang
memudahkan mereka untuk memupuk keimanan dan menumbuhkan kecakapan mereka dalam
mengelola norma-norma Islam di segala lapangan hidup. Akan tetapi hampir di
seluruh negeri-negeri Islam masa kini, garis besar haluan negara dan rancangan
pendidikan nasionalnya
sangat menghambat tumbuhnya keimanan di kalangan remaja dan sekaligus merupakan
rintangan besar bagi tumbuh kembangnya mereka. Rancangan pendidikan
nasional tidak memungkinkan bagi mereka untuk mendapatkan pelajaran tentang
cara-cara menganalisa permasalahan
hidup menurut
kriteria Islam. Sehingga, sebagai akibatnya kita saksikan kini bahwa
dimana-mana banyak orang yang mengaku umat Islam tetapi tidak mengerjakan
shalat wajib lima waktu, tidak menjadikan Islam sebagai identitas mereka, dan
tidak menjadikan Islam sebagai pandangan hidup.[11]
Sudah tidak dapat dielakkan lagi peran orangtua
dalam pendidikan Islam yang diterapkan oleh mereka dalam menuntun anak
prasekolahnya akan sangat mempengaruhi sifat dan tingkah laku anak di kemudian
hari. Karena itu orangtua haruslah pandai-pandai menempatkan waktu dalam
bekerja maupun dalam hal mendidik anak pada waktu yang hampir bersamaan.
F.
Hipotesa
Berdasarkan pokok permasalahan
yang telah diungkapkan, maka hipotesa penulis dalam penelitian ini bisa
dipaparkan yaitu “Semakin tidak efektifnya pengaruh pengajaran pendidikan Islam
oleh orangtua
yang berprofesi penambang timah maka akan semakin kecil pula pengaruhnya
terhadap pemahaman keagamaan anak usia prasekolah mereka, begitu juga
sebaliknya”.
Sedangkan faktor-faktor yang
mempengaruhi pengaruh pendidikan Islam dari orangtua yang berprofesi penambang
timah terhadap pemahaman kegamaan anak prasekolah adalah waktu, tenaga,
pengetahuan, dan materi. Jika salah satu dari faktor tersebut kurang maka
pengaruh dari orangtua terhadap anak prasekolah akan berkurang juga. Sehingga anak-anak akan mendapat ajaran yang kurang penuh tentang
pendidikan Islam dari orangtua mereka secara langsung.
Dalam penelitian ini ada dua variabel yang digunakan
yaitu variabel pengaruh dan variabel terpengaruh. Untuk lebih memahaminya dapat
di lihat dalam tabel di bawah ini.
Tabel I-1
Interaksi Antar Variabel
Interaksi Antar Variabel
|
|
Variabel Pengaruh
|
Variabel Terpengaruh
|
·
Pengajaran
pendidikan Islam oleh orangtua yang berprofesi penambang timah.
|
·
Pemahaman
keagamaan anak prasekolah yang meliputi: aqidah, tauhid, pengucapaan dua
kalimat syahadat, tata cara ibadah, akhlak mulia dan tata krama.
|
G.
Definisi Operasional Variabel
Agar
lebih memahami tentang skema hubungan variabel tersebut, maka akan dijelaskan
melalui definisi operasional variabel, sebagai berikut:
1.
Pengajaran pendidikan
Islam oleh orangtua yang berprofesi penambang timah adalah segala bentuk
rancangan ataupun dasar kerja yang diterapkan untuk mendidik, membimbing dan
mengasuh anak untuk menjadi seorang muslim. Pemahaman keagamaan anak prasekolah
yang di ajarkan orangtua meliputi aqidah, tauhid, pengucapaan dua kalimat
syahadat, tata cara ibadah, akhlak mulia dan tata krama.
2.
Orang tua yang
berprofesi penambang timah untuk penelitian ini hanya melibatkan ayah dari
keluarga penambang timah.
H.
Metodologi Penelitian
1.
Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian lapangan (Field research) dan analisis data yang akan digunakan oleh peneliti
adalah analisis data kuantitatif. Dalam prosesnya, yang akan dilakukan penulis
adalah menggunakan teknik random sampling dan menghimpun data tentang kehidupan
masyarakat tertentu yang dibarengi dengan beberapa sumber berupa data pendukung
seperti buku, karya ilmiah, dan sumber-sumber yang relevan dengan penelitian.
2.
Sumber Data
a. Data
primer
Sumber
data primer adalah data pokok yang menjadi data utama penelitian ini. Diantara
data primer penelitian yang penulis maksudkan adalah data yang diperoleh dari responden melalui angket yang
akan disebarkan peneliti. Adapun responden yang akan diambil datanya adalah
para orangtua yang mempunyai anak usia prasekolah yang bekerja sebagai
penambang timah.
b. Data
sekunder
Sumber data sekunder penulis pilih dalam penelitian ini digunakan juga sebagai pendukung
sekaligus bahan kajian kedua. Adapun sumber
data sekunder yang akan diambil datanya adalah kepala desa dan beberapa staf
perangkatnya, dan dokumentasi tentang keadaan desa tersebut.
3.
Populasi dan sample
Populasi
yang akan diteliti kali ini adalah seluruh masyarakat yang tinggal dan
berdomisi di Desa Kace Kecamatan Mendo Barat yang bekerja ataupun yang mencari
nafkah sebagai penambang timah dan mempunyai anak usia prasekolah. Jumlah
Kepala Keluarga (KK) di Desa Kace saat ini yang terdata menurut kantor kepala Desa
Kace tahun 2010 adalah sebanyak 2138 KK. Peneliti hanya akan
mengambil sample sesuai dengan banyaknya KK yang bekerja sebagai penambang
timah dan yang mempunyai anak usia prasekolah, yang mana data yang diperoleh
adalah sebanyak 293 KK.
Bila
populasinya lebih dari 100 maka sample dapat diambil 10-15 persen atau 20-25
persen atau lebih, bergantung pada: 1) waktu, tenaga, dan dana yang dimiliki
peneliti; 2) skop wilayah pengamatan terhadap subjek; 3) hasil yang ingin
dicapai peneliti.[13]
Oleh karena keterbatasan waktu dan tidak semua penambang Desa Kace yang
menambang di daerah mereka, maka peneliti hanya akan mengambil sebanyak 58 KK
dari total keseluruhannya.
4. Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik yang akan
digunakan untuk penelitian ini, yaitu:
a.
Dokumentasi, teknik ini digunakan untuk mendapatkan data yang mempunyai
hubungannya dengan masalah yang akan diteliti seperti data tentang letak
geografis wilayah, jumlah penduduk, jumlah kepala keluarga, keadaan tingkat
pendidikan masyarakat, dan keadaan tingkat ekonomi masyarakat kerja penambang
timah.
b.
Angket, teknik ini dilakukan dengan menggunakan daftar pertanyaan yang
diberikan kepada responden yang bertugas mengisinya sesuai dengan pengetahuan,
pendapat, dan penilaiannya. Dalam hal ini respondennya adalah ayah selaku orangtua anak usia prasekolah. Data yang dicari
meliputi pemahaman keagamaan anak
prasekolah yang seperti aqidah, tauhid, pengucapan dua kalimat syahadat, tata
cara ibadah, akhlak mulia dan tata krama.
c.
Wawancara, teknik ini digunakan untuk mendapatkan data tentang asal mula
atau sejarah dari desa yang diteliti.
5. Teknik Analisa Data
Penulis akan melakukan pengolahan data setelah semua data dikumpulkan dari lapangan.
Pertama penulis akan
mengolah data primer terlebih dahulu untuk menjawab rumusan masalah, barulah
kemudian data sekundernya diolah.
Data-data yang
telah terkumpul tersebut maka akan dianalisis dengan analisa statistik
menggunakan beberapa rumus, yaitu:
N
b. Dilanjutkan
dengan rumus Standar Deviasi (SD)
N
N
c. Kemudian dari kedua hasil analisis
diatas, dilanjutkan untuk mengetahui keadaan dari variabel tersebut, dengan
mengunakan rumus Batas Tinggi, Sedang, dan Rendah (TSR) :
T
= M + (1 x SD)
S
= Antara M – (1 x SD) dengan M + (1 x SD)
R
= M – (1 x SD)
d. Setelah di ketahui hasil keadaan
dari kedua variabel tersebut, maka untuk melihat bagaimana hubungan dari kedua variabel
tersebut digunakan Rumus: kai kwadrat, dilakukan dengan Rumus:
e. Setelah melakukan perhitungan menggunakan rumus korelasi
kontingensi, yang rumusnya yaitu:
X² + N
f.
maka data akan
dilanjutkan dengan proses lain dengan menggunakan rumus phi, yaitu:
√ 1 - C²
I.
Sistematika
Pembahasan
Untuk
lebih mempermudah mengikuti dan memahami isi dari penelitian ini, maka akan
dipaparkan sistematika penulisan yang terdiri dari lima bab, yaitu:
Bab I, memuat tentang
pendahuluan yang berisi alasan
pemilihan judul, latar belakang masalah, batasan dan rumusan
masalah, tujuan serta kegunaan penelitian, telaah pustaka, landasan teori, hipotesis, definisi orientasi variabel, metodologi
penelitian, dan sistematika pembahasan
pada penelitian ini.
Bab
II, berisikan tentang pengertian
anak prasekolah, pengertian orangtua penambang timah, pengajaran pendidikan
Islam dari orangtua yang berprofesi penambang timah, pemahaman keagamaan anak
prasekolah.
Bab III,
berisikan tentang kondisi objektif
lokasi penelitian, yang meliputi kondisi umum Desa Kace Kecamatan Mendo Barat,
keadaan penduduk, keadaan ekonomi penduduk, keadaan pendidikan, keadaan sosial
budaya dan keagamaan penduduk.
Bab IV, berisikan
tentang perhitungan
dan pengaruh pengajaran pendidikan Islam dari orangtua
yang berprofesi penambang timah terhadap pemahaman keagamaan
anak prasekolah.
Bab V, berisikan
tentang kesimpulan dari hasil laporan penelitian, dan beberapa
saran yang perlu disampaikan.
[1] Muhammad Faiz Al-Math, Keistimewaan-Keistimewaan Islam (t.k.: Gema
Insani Press, t.t.), hlm.
86.
[2]
Arifin, Ilmu Pendidikan Islam Tinjauan
Teoretis dan Praktis Berdasarkan Pendekatan Interdisipliner (Jakarta: PT
Bumi Aksara, 2008), hlm. 89.
[3] Elis Johannes Hendry Salim dan Roaty Mazjub, “Penglibatan Ibu Bapak dalam Pendidikan
Prasekolah: Tinjauan di Beberapa Tadika Swasta di Daerah Curug, Tangerang,
Indonesia”, seminar.
[4] Sierni, “Pengaruh Aktivitas Orangtua
Pekerja TI dalam Upaya Membimbing Belajar Anak di Rumah di Desa Sempan
Kecamatan Pemali Sungailiat”, skripsi, Sekolah Tinggi Agama Islam
Negeri Syaikh Abdurrahman Siddik (STAIN SAS), Sungailiat, 2007.
[5] Kaminah, “Pola Asuh Orangtua dalam Menanamkan
Pendidikan Agama Islam Anak pada Usia Prasekolah di Dusun Pelaik Desa Tanjung
Niur Kecamatan Tempilang”, skripsi,
Sekolah Tinggi Agama Islam
Negeri Syaikh Abdurrahman Siddik (STAIN SAS), Sungailiat, 2005.
[6] Syaiful Bahri Djamarah, Pola
Komunikasi Orangtua dan Anak dalam Keluarga Sebuah Perspektif Pendidikan Islam
(Jakarta: PT Asdi Mahasatya, 2004), hlm. 20.
[7] Imam Tholkhak dan Ahmad Barizi, Membuka Jendela Pendidikan (Mengurai Akar
Tradisi dan Integrasi Keilmuan Pendidikan Islam) (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2004), hlm. 38.
[8] Adil Fathi Abdullah, Pahami Anak Anda, Anda Akan Sukses
Mendidiknya (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2007), hlm. 14-17.
[11]
Yahya S. Basalamah, Persoalan Umat Islam Sekarang (Jakarta:
Gema Insani Press, 1991), hlm. 48-49.
[13] Zulkifli, Metodologi Penelitian Suatu Pengantar
(Sungailiat: Shiddiq Press, 2007), hlm. 60.
[14] Anas
Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan,
cet. ke-21 (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2001), hlm. 88.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar